Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kiat Membina Pernikahan Jarak Jauh

24 Maret 2018   08:49 Diperbarui: 24 Maret 2018   09:06 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesepakatan Bersama

Sebagai karyawan sebuah international oil company, Anton (33) sudah pernah ditugaskan bekerja di penambangan minyak of shore di Papua dan di Sumatra. Tak masalah buatnya, karena ia belum menikah. Namun masalah muncul setelah Anton menikah dengan Isti (32). Setelah tiga tahun di kantor pusat di Jakarta, kali ini Anton ditugaskan ke Dubai, Uni Emirat Arab.

Sebenarnya Anton bisa saja membawa keluarganya, namun Isti kariernya sedang menanjak. Ia tak tega meminta Isti melepaskan pekerjaan yang ia dapat dengan susah payah. Akhirnya mereka sepakat jika Isti dan anak-anak tetap tinggal di Jakarta. Dan Anton bekerja di rig di tengah laut, di Dubai. Jika memungkinkan, Anton akan pulang tiap tiga bulan sekali, atau Isti ke Dubai menengoknya.

Memang, kesepakatan ini diambil lewat banyak pertimbangan. Selain karier Isti, kemajuan teknologi yang begitu pesat, membuat rasa rindu bisa terobati dengan mudah, karena banyak sarana yang tersedia. Ada email buat bicara detail, chatting via wa, bahkan video call dan skype.

Supaya bisa tetap terasa dekat Anton berusaha ngobrol dengan Isti minimal sehari sekali. Bisa hanya lewat telepon, berkirim foto lewat aplikasi chatting, hingga ngobrol dengan tatap muka lewat video call.

voyagejourneypure.com
voyagejourneypure.com
Yang jadi masalah adalah jika ada perbedaan waktu yang cukup besar, jadi harus menentukan waktu yang sama kapan bisa dihubungi. Untungnya waktu di Jakarta hanya tiga jam lebih cepat daripada Dubai, jadi memilih waktu ngobrol pun lebih mudah. Biasanya Anton dan Isti akan ngobrol jam 9 atau 10 malam, dimana anak-anak sudah tidur, dan Anton sudah pulang dari kantor.

Bukan Hal Mudah

Menjalin Long Distance Relationship/Marriage memang tak mudah. Karena yang ditinggal di Indonesia, harus mengurus rumah tangga 'sendirian' yang tentunya terkadang terasa berat. Sang istri harus bisa meng-cover semua tanggung jawab mengatur rumah tangga, berperan ganda sebagai ibu sekaligus ayah. Misalnya bagaimana istri harus membawa anak sakit ke dokter sendirian, mengurus rumah sendirian, dari urusan dapur, mobil rewel, sekolah, mengajari anak pelajaran hingga mencari tukang untuk memperbaiki ledeng rusak, urusan dengan bank dan berbagai urusan lainnya.

Hal itu tentu menimbulkan kelelahan tidak hanya fisik tapi juga batin. Merasa memikul semuanya "sendiran" tanpa ada partner disisinya. Jelas hal tersebut harus disiasati. Salah satunya adalah untuk tetap memelihara komunikasi secara intens dengan pasangan. Ngobrol-ngobrol hal sehari-hari sepertinya sepele, namun hal ini harus bisa dilakukan agar tetap merasa dekat dan tak terasa bahwa kita berada dalam jarak yang jauh dan terpisahkan waktu yang berbeda, dan tidak merasa "sendirian".

Harus tetap memelihara quality time. Dan dengan teknologi komunikasi saat ini, hal itu tidaklah sulit. Komunikasi tetap harus sering dilakukan, baik dalam bentuk gambar atau suara. Walau jarak berjauhan namun akan terasa lebih ringan bila tiap hari memantain komunikasi secara hangat dan akrab dengan pasangan yang berada di tempat yang nun jauh disana.

Namun, perlu ditambahkan, sebagai Konselor Pernikahan yang berpengalaman, saya tidak menyetujui long distance relationships/marriage dalam rentang waktu yang lama. Jika karena suatu kondisi, diperlukan jarak jauh namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, misal sekitar 1- 2 tahun, masih cukup aman. Misal suami hendak ambil S2 di negara lain untuk waktu 1-2 tahun, atau karena desakan kebutuhan ekonomi, terpaksa mengambil kontrak kerja 1-2 tahun di negara yang jauh. Namun jika hal itu dilakukan berkesinambungan, dalam rentang waktu yang lama, selama puluhan tahun berjauhan, maka hal ini sangatlah tidak sehat bagi pernikahan.

Walaupun keluarga, terutama keluarga muda masih sangat memerlukan kecukupan ekonomi, penting untuk diingat bahwa money is not everything. Untuk membina relasi yang sehat dengan pasangan, sangat diperlukan kedekatan tidak hanya emosi juga fisik. Komunikasi jarak jauh dengan teknologi bagaimanapun ada keterbatasannya. Apalagi peran seorang ayah untuk menjadi teladan dan panutan bagi anak-anaknya. Akan sangat sulit seorang ayah untuk dapat memiliki kedekatan emosional dengan anak dan dapat menjadi teladan yang baik jika anak hanya melihat ayahnya beberapa bulan dalam setahun.  Sehingga tentu saja, banyak prioritas hidup yang akan terabaikan ketika hendak membina suatu pernikahan via jarak jauh untuk rentang waktu yang lama.  

Pernikahan jarak jauh dalam rentang waktu yang lama akan berpotensi membuat pernikahan jadi keropos. Akan timbul rasa kesepian baik bagi suami maupun istri. Sehingga juga akan timbul potensi ketidaksetiaan. Belum lagi kaitan dengan peran ayah dan kebutuhan anak akan tokoh ayahnya. Sang ayah akan sangat kehilangan golden age dan golden moment dalam masa tumbuh kembang anak. Di masa-masa golden age ini, jika si ayah hanya bisa  bertemu 2-3 minggu dalam beberapa bulan, maka akan sangat sulit menjalankan perannya untuk dapat menanamkan pendidikan-pendidikan mental dan moral yang penting untuk anak. Karena dalam mendidik, jelas kuantitas waktu dan keteladanan sangat diperlukan.

Sehingga pikirkanlah baik-baik jika hendak mengambil keputusan untuk long distance marriage karena akan ada banyak resiko yang harus diantisipasi oleh sang suami dan istri. Dan yang terpenting juga untuk tidak melupakan apa tujuan pernikahan tersebut dibangun. Karena mencari nafkah tentu penting, tapi ada banyak juga hal penting yang harus lebih diprioritaskan dari hanya sekadar mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Marriage Counselor & Hypnotherapist

www.konselingkeluarga.com

www.klinikhipnoterapijakarta.com

- healing hearts -- changing life -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun