"bukan urusan kamu" jawab nia dan kemudia duduk di bangku yang ada di samping gerbang.
Nia duduk sambil mengeluarkan  handphone dan airphone dari saku hoddy nya untuk ia pakai, nia selalu mendengarkan music untuk melupakan masalah dan mengalihkan perhatiannya dari sekitarnya. Delios tetap menghisap rokoknya dan diam di sebelah nia,meski sering bersama meman seperti itulah kedekatan mereka.
" beneran gamau cerita?" tanya delion lagi saat dia membuang putung rokoknya yang sudah habis.
"dengerin cerita aku tapi jangan di inget...." Nia cerita mulai dari awal sampai keadaanya berakhir di sekolah itu bersama dengan delion. Bengitu panjang cerita yang di ungkapkan nia kepada delion. Nia menceritakan semuanya  karna merasa bahwa delion mampu di percaya. Melihat dari perjuangannya untuk mengenal nia lebih dekat dan berteman dengan nya.
Delion mendengarakan dengan serius semua cerita yang keluar dari mulut nia. Nia bercerita tanpa menatap delion sekali pun. Nia kembali menghapus air matanya yang sejak tadi terus menglir tanpa henti. Delion menyerahkan tisu yang ada di sakunya, delion berfikir ternyata berguna juga dia mengambil tisu dari toko saat uang kembalian  rokoknya tidak ada.
"gausah nangis ga pantes cewek kayak kamu nangis.....lebih baik tampar aja wajah mereka berdua dengan  prestasi dan capain kamu" hibur delion dengan kembali mengambil rokok dari sakunya.
"kamu aneh biasanya kalo orang kasih nasihat gitu bilang meski kayak gitu mereka tetp orang tua kamu,jangan benci orang tua kamu karna mereka yang merawat kamu, ini kamu malah suruh aku balas perbuatan mereka" nia berkata sambil menggelap wajah nya dengan tisu.
"apa aku  lebih baik mati aja ya dari pada jadi beban?" lanjut nia dan menghadap kea rah delion.
"ga usah aneh aneh .....sekarang aku antar kamu pulang dan jangan menyerah aku selalu ada buat kamu jadi terus berjuang dan buktikan kalo kamu itu bisa"
Setelah itu delion benar mengantarkan nia pulang kerumahnya. Entah mengapa nia merasa rumah nya sengaja tidak di kunci karna orang tuanya masih berharap nia pulang tapi hati nia berkata mereka hanya lupa mengunci rumah.
Setelah kejadian itu nia semakin gencar untuk mengikuti perlombaan dan olimpiade tingkat apapun. Nia juga semakin dingin kepada orang orang sekitar,dia semakin menjauhkan dirinya dari lingkungan masyarakat. Nia selalu pulang larut malang dari perpustakkan dan  tak pernah berhadapan dengan orang tuanya. Pagi pun nia berangkat sebelum orang tuanya terbangun. Kini nia mentargetkan dirinya menjadi juara olimpiade tingkat provinsi, namun semua terasa berat karna tubuhnya yang sudah lelah di paksa untuk terus bertahan. Saat olimpiade tingkat  kabupaten kemaren saja nia pingsan dan mengalami mimisan saat acara sudah selesai.