Mohon tunggu...
Komunitas Penulis Unisma
Komunitas Penulis Unisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Malang

Komunitas Penulis Mahasiswa Beasiswa Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesendirianku adalah Kepergianku

30 Juni 2023   06:44 Diperbarui: 30 Juni 2023   07:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"seharusnya kau bisa membanggakan orang tuamu.....jika aku tau kau seperti ini,aku tak ingin melahirkanmu? Suara yang begitu keras saat nia baru saja memasuki rumah nya. Seruan tersebut keluar dari mulut ibunya yang selalu merasa bahwa nia itu beban dan tak bisa seperti kakak-kakaknya.

"kenapa nilaimu menurun, seharunya kau perhatikan  kakakmu meski telah berkeluarga nilai kuliahnya tak pernah buruk...kau masih SMA namun nilai mu sangat buruk..." sekarang ayah nya turut membuat dirinya terbebani.

Nia selalu saja salah di hadapan orang tuanya,apapun yang di lakukannta tak pernah memuaskan keinginan mereka. Sejak lama nia telah membuat batasan lingkaran dengan orang orang di sekitarnya.dan batasan itu tak pernah  mampu untuk menyembuhkan luka yang dia alami.

Nia mengemasi tasnya dan pergi keluar untuk menenangkan pikiran nya namun dari pandangan orang tuanya, nia hanya ingin menghindari orang tuanya. Orang tuanya kini malah terus berdebat dan saling menyalahkan atas ketidak puasan mereka kepada nia.

"dasar anak tak tahu diri.....kemana kau akan pergi? sebaiknya kau belajar dan jangan keluyuran dan semakin mempermalukan  orang tuamu" teriak ayahnya nia

"lebih baik kau menghilang dan  tak pulang karna kau hanya beban bagi saya" teriak sang ibu kepada nia.

Nia hanya bisa berlalu dan pergi dari rumah itu dengan deraian air mata yang terus mengalir. Saat keluar rumah pun langit seakan ikut meratapi kesedihan nia. langit ikut menurunkan  hujannya disaat kini nia merasa sedih. Nia sedikit bersukur karna dia tak perlu menyembunyikan air matanya karna sudah menyatu dengan air hujan. Hidupnya terasa begitu terbebani dengan keluarganya sendiri, banyak yang bilang bahwa keluarga akan menghilangkan beban namun tidak untuk nia, kelurganya malah menjadi penyebab dia terbebani.

Nia selalu berpikir jika dia matipun tetap akan salah di mata orang tua yang tak menyayangi nya.namun nia tetap perpegang teguh dengan kata kat jika setiap orang tua pasti menyayangi anak mereka meski cara mereka berbeda beda. Dengan menggenggam teguh kata ini nia mampu bertahan dan memiliki sedikit harapan bahwa orang tuanya pasti akan menghargai usahanya .

Kini nia sudah sampai di sebuah pantai dengan ditemani langit senja.nia berharap dengan kesunyian ini dia bisa meringankan  beban dan membalut luka baru yang di goreskan oleh orang tuanya. Luka yang tergores oleh kata kata orang tuanya jauh lebih perih dari pada luka pada fisik. Saat  memandangi senja nia merasa jauh lebih baik jika dirinya adalah senja ,meski hanya sebentar namun senja selalu di nantikan kehadirannya.

Saat merasa sedikit tenang nia akan kembali namun kakinya merasa berat saat ingin melangkah kembali ke rumahnya. Nia pun hanya berjalan menyusuri jalan tanpa ada ke inginan untuk kembali ke rumah nya. Dia sangat menyukai kesunyian malam dengan hembusan anginnya namun nia tak suka dengan kegelapan yang di ciptakan malam. Nia berjalan santai sampai dia tak sadar dia sampai di depan bangunan sekolahnya.

"hai....ngapain disini?" tanya seorang cowok sambil bersandar di tembok dan mengebulkan asab rokok dar mulut dan hidungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun