Mohon tunggu...
Komunitas Kretek
Komunitas Kretek Mohon Tunggu... lainnya -

Komunitas Kretek lahir atas kesadaran bahwa kretek adalah salah satu produk budaya bangsa Indonesia yang unggulan. Adalah cita-cita kami bersama untuk membela para penghayat budaya kretek, termasuk di dalamnya pelaku industri kretek dari hulu ke hilir, konsumen kretek, pemerhati kretek, kalangan akademisi, dan pecinta budaya kretek lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Tembakau dalam Tradisi Nusantara

23 Maret 2014   23:30 Diperbarui: 30 Mei 2019   13:31 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tembakau, oleh masyarakat nusantara dipakai dalam banyak sekali ritual atau upacara adat. Dalam ritus-ritus tersebut, tembakau sudah dipakai ratusan tahun. Tembakau bersama pinang dan sirih menjadi pelengkap setiap upacara adat. Keragaman penggunaan tembakau menunjukkan bahwa tembakau telah menjadi bagian dari kebudayaan nusantara.

Selain menjadi pelengkap upacara adat, tembakau di beberapa wilayah menjadi semacam buah tangan untuk menghormati kerabat atau tuan rumah. Di Minang, tembakau menjadi bagian budaya petatah-petitih dan simbol keeratan hubungan kekeluargaan. Artikulasinya mewujud dalam tradisi kasusastraan nan indah yang terdapat dalam dialog cerita Randai, kesenian dari Minang.

Sebagaimana dituturkan oleh budayawan Djamaludin Umar dalam buku “Mereka yang Melampaui Waktu”,cerita Randai menggunakan idiom rokok (tembakau), sirih, dan pinang. “Datuak baringin sonsang, baduo jo pandeka kilek, hisoklah rokok nan sebatang, supayo rundiangan naknyo dapek”. Artinya, ketika tembakau sudah dibakar dan dihisap, maka perundingan atau musyawarah mufakat sudah bisa dimulai. tembakau dalam hal ini menjadi penanda bahwa pertemuan yang dilaksanakan telah resmi dan sah secara adat.

Di Minang, banyak cerita lisan, pantun yang menggunakan idiom rokok, sirih, dan pinang untuk petatah-petitih mengundang orang, pinang-meminang, pernikahan, bertamu, pengukuhan gelar penghulu, dan untuk meminta izin memulai pembicaraan. Selain di Minang, mari kita selusuri beragam upacara adat yang menggunakan tembakau:

1. Huta Horja Bius di Sumatera Utara

Upacara adat Huta Horja Bius merupakan upacara penting dalam tradisi masyarakat adat Batak. Huta adalat persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh marga. Sedangkan Horja merupakan kumpulan dari beberapa Huta, dan tiap Horja adalah bagian dari Bius.

Dalam Pagelaran pesta Huta Horja Bius diadakan yang namanya Hahomion Ritual Hahomion yang bisa dikatakan sebagai warisan tradisi animism masyarakat Batak. Tembakau, dalam upacara tersebut dipakai sebagai perlengkapan makan sirih bersama daun sirih, gambir, kapur, cengkeh, dan pinang.

2. Ngeyeuk Seureuh di Sunda

Ritus Ngeyeuk Seureuh merupakan bagian dalam upacara perkawinan di Sunda. Dalam ritus itu, dua mempelai berebut mengambil barang dalam tumpukan yang tertutup kain. Barang-barang yang diselimuti kain terdiri dari srih, gambir, pinang, tembakau, telur, dan alat tenun yang disebut ulakan.

Barang yang terambil menjadi pertanda masa depan hidup kedua mempelai. Hal itu mempunyai arti rezekinya akan melimpah bila bekerja dalam bidang yang bersangkut-paut dengan jenis barang yang diambil.

3. Upacara Kantiana di Sulawesi Tengah

Kantiana adalah upacara masa hamil dalam masyarakat Tamona. Ritus ini semacam upacara selamatan pada masa hamil yang pertama seorang ibu. Upacara katiana biasanya dilakukan apabila kandungan sudah berumur 6 atau 7 bulan. Sirih, pinang, dan tembakau dipakai sebagai intrumen utama upacara Katiana.

4. Upacara Tepak Tanduk Melayu

Upacara ini merupakan pertukaran tepak, yang melambangkan rata tulus hati dalam menyambut tamu dan persaudaraa. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah rombongan pengantin pria masuk halaman pengantin perempuan. Tepak yang dimaksudkan berisi gambir, kapur, pinang, dan tembakau yang digulung.

5. Upacara Tepung Tawar di Kesultanan Serdang

Tepung Tawar dalam masyarakat Melayu Serdang mempunyai makna yang sangat luas. Sebab, Tepung Tawar dilakukan bukan hanya dikala senang melainkan ketika susah. Tepung Tawar sendiri menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sementara, dalam masyarakat Melayu Serdang, sirih dengan perlengkapannya merupakan suguhan utama. Sirih disajikan dalam istilah tepak sirih atau ramuan sirih. Sajian tersebut berisi daun sirih, kacu, gambir, pinang , kapur, dan tembakau. Inilah suguhan utama dalam menyambut tamu, upacara adat dan menjadi sajian sehari-hari. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun