Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Aku Sudah Besar | Dinda Tantri Adytya

6 Maret 2019   08:10 Diperbarui: 6 Maret 2019   08:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kriiing!" alarm handphone-ku berbunyi tepat jam 04.00 WIB. Aku ogah-ogahan membuka mata, meraihnya dan mematikan lagi.
"Lima menit lagi," ujarku dalam hati. Alarm  handphone-ku akan berbunyi setiap lima menit selama setengah jam, lalu otomatis akan berhenti.

Aku tersentak karena bermimpi disiram air oleh ibuku akibat telat bangun. Mataku tiba-tiba membuka lebar, kaget. Langsung saja aku mencari di mana handphone-ku berada untuk memeriksa jam.

Ini minggu kedua aku resmi menjadi mahasiswa di kampus biru. Setelah melewati satu minggu penuh penyiksaan ala anak teknik, akhirnya dimulai juga perkuliahanku.

"HAAA UDAH JAM 08.45!" Teriakku kaget. Secepat kilat aku ke kamar mandi, hanya untuk cuci muka dan sikat gigi.
"Masa bodo nggak mandi, nggak keliatan juga," pikirku.
"Yang penting pake parfum dan deororant!" Batinku. Aku sudah secepat kilat bersiap-siap, namun ternyata hal tersebut sudah menghabiskan 10 menit!

"Aduh, bisa gawat nih kalo telat masuk!" Omelku pada diriku sendiri. Aku hendak mengeluarkan motorku dari parkiran kos, namun urung. Lebih baik aku lari saja!

Jarak kos dengan kampus memakan waktu lima menit saja jika menggunakan motor, namun karena aku harus menyingkirkan motor-motor lainnya, aku rasa itu akan memakan waktu lama. Aku sudah sering berjalan kaki seminggu terakhir karena saat OSPEK, aku dilarang membawa kendaraan pribadi. Alhasil, aku sudah sampai di setengah jalan menuju kampus sekarang.

Penderitaanku belum berakhir. Setelah sampai di depan gedung, aku harus menaiki anak tangga untuk sampai di lantai dua. Kelasku hari ini berada di sebelah kantor, jadi aku sempat sekilas melirik apakah Bu Baroya masih berada di dalam kantor. Namun, nihil. Aku segera mencari ruanganku dan menemukan bahwa ruangan kelas itu kosong!

Ngos-ngosan, aku membuka grup chat kelas. "APA? PINDAH RUANGAN KE 2.11?"  Aku segera berlari memutari ruang kantor lagi karena ruangan tersebut berada di seberang sisi gedung satunya.

Panas badan akibat berlari membuatku berkeringat di seluruh tubuh. Aku terengah-engah di depan pintu 2.11. Ku dapati Bu Baroya belum datang. Aku bersyukur, lalu segera mencari tempat duduk yang kosong.

"Hampir saja. Fiuuhh...." ujarku dalam hati.  "Eh, Bu Bar mana?" Tanyaku pada Ivan, teman sebelahku. "Tadi kata orang TU, beliau telat datang." Hanya itu penjelasan yang aku dapat.

Setelah lama tak ada kabar, ternyata kelas hari itu dibatalkan. Kami bersorak dan segera keluar kelas. Ada yang langsung pulang, ada yang menuju ke warung belakang kampus. Aku mengikuti rombongan yang menuju ke warung. Jujur, aku lapar sekali. Setelah bangun tidur tadi, seteguk air pun belum aku minum.

Langit berhias gumpalan awan di sana-sini. Tiba-tiba, aku teringat pada Ibu. Beliau selalu membangunkanku, membuatkanku sarapan, mengingatkan agar lebih disiplin lagi saat aku kuliah nanti.
"Kamu, nih. Bangun pagi aja sering nunda. Gimana nanti kalau kuliah?"

Pada saat itu, aku bilang pada Ibu bahwa aku sudah besar. Aku pasti sudah bisa urus diri sendiri. Nyatanya, aku kelimpungan saat tidak ada ibu. Baru kali ini aku tinggal seorang diri di tanah rantau, dan harus mempersiapkan sendiri. Kejadian hari ini membuatku berjanji untuk tidak menunda bangun pagi lagi. Ah, Ibu, apa kabarmu? Anak lelakimu sudah rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun