Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan". (Ir. Soekarno, 1949)
Ucapan Bung Karno ini adalah satu gambaran bahwa betapa pentingnya bangsa diibangun atas dasar perdamaian dan persaudaraan. Jika suatu banga dibangun atas dasar perdamaian dan persaudaraan maka niscaya akan terwujud kehidupan yang damai dan sejahtera sejalan dengan cita-cita Indonesia dalam konstitusi.
Sebaliknya, jika tidak ada lagi perdamaian dan persaudaraan maka dipastikan akan sulit terjadi apa yang sudah menjadi cita-cita bersama tadi.
Ini tak lepas dari konteks bagaimana Indonesia diwujudkan oleh pemuda Soekarno, Hatta dan lain-lain. Â Mereka bahu membahu mewujudkan kemerdekaan itu dengan perjuangan tak kenal lelah.Â
Kita ingat beberapa kali pemuda Soekarno dan Hatta dan beberapa tokoh waktu itu alami masa pembuangan ke Digul, ke Flores, Bangka dan beberapa wilayah lain.
Bung Karno bukannya tak sadar bahwa banyak perbedaan dalam negara Indonesia. Bayangkan saja, budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke bukannya tak main-main banyaknya. Belum lagi bahasa, adat, kepercayaan dll. Â Tapi semua perbedaan disatukan untuk menjadi keinginan bersama yaitu merdeka dan melebur sebagai satu bangsa.
Dalam perjalanannya, Indonesia tak lepas dari perkembangan dunia. KiniIndonesia dengan260 juta rakyatnya dengan pembangunan yang pesat termasuk teknologinya.Â
Pengguna internet di Indonesia adalah sekitar 125 juta dengan pengguna media sosial sekitar 90 juta. Ini satu jumlah yang amat besar dan punya dampak besar. Jarak sudah tak lagi berpengaruh bagi komunikasi.
Namun ditengah-tengah kondisi itu, kita tak memungkiri bahwa terjadi kegaduhan kita di ranah dunia maya termasuk media sosial. Kegaduhan itu mulai sejak beberapa tahun lalu sejak bangsa Indonesia melakukan Pemilu 2014.Â
Saat itu Indonesia mulai terpolarisasi kubuA dan kubu B. hal itu kembali terulang saat Pilkada Jakarta pada tahun 2017 di mana orang terpecah karena agama atas kasus mantan Gubernur Jakarta waktu itu.
Setelah itu, Indonesia terpolar sampai sekarang. Apalagi tahun lalu dan tahun ini Indonesia masuk pada tahun politik kondisi konflik secara psikologis akibat polarisasi 2014 dan seterusnya tak bisa terelakkan. Hujat-menghujat di dunia maya masih sering dilakukan oleh para pendukung yang notabene sama, karena calon yang maju sama dengan 2014.
Kekecewaan dan rasa marah yang sebelumnya jamak terjadi di kehidupan nyata kita juga bisa kita lihat di ruang maya. Wall penuh dengan caci maki karena beda pendapat dan beda keyakinan. Komentar-komentar tidak hanya bernada negative disertai meme-meme yang berbau SARA. Status yang dipostingpun sering berbau sindiran atau bully kepada seseorang.
Kondisi ini sering kali merusak tali persaudaraan dan pertemanan. Mereka tak mau berdialog dengan baik dan menyelesaikan konflik yang timbul, tapi malah memperparahnya dengan ujaran-ujaran negative yang lain.
Kita bangsa yang berumur 73 tahun dan menuju 100 tahun. Ini bukan perjalanan yang pendek bagi sebuah negara. Bagi masyarakatnya pun diharapkan bisa lebih dewasa dalam menghadapi perubahan dan situasi sosial politik.
Sudah seharusnya masyarakat Indonesia cerdas dalam memanfaatkan teknologi yang berkembang sangat pesat. Kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi seperti internet untuk memperluas jaringan, mempererat persaudaraan kebangsaan sehingga komunikasi antar personal dalam suatu bangsa terjalin dengan baik.
Buatlah Bung Karno yang meyakini kekuatan persaudaraan untuk membangun bangsa, bisa bangga terhadap kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H