Lombok, NTB -- Pekan ini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) didukung oleh United Nations Development Program (UNDP) Indonesia di bawah program Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, menggelar audiensi dan bertemu dengan  Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah dan jajarannya di Kantor Gubernur NTB pada Selasa (12/07).Â
Audiensi ini merupakan bagian dari program akselerasi untuk para pemenang kompetisi Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 ini turut dihadiri oleh Asisten I Setda Provinsi NTB, Kepala Dinas Kominfotik NTB, serta Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas LHK NTB. Kunjungan dan audiensi ini pun disambut dengan baik oleh Wakil Gubernur.
"Bagus, lanjutkan! Ini luar biasa, kita sangat welcome. Terima kasih, saya sangat happy dengan ini, sekarang tinggal realisasinya," ujar Wagub bersemangat, menyambut baik rombongan audiensi.
Ia juga menambahkan bahwa NTB mempunyai mimpi yang sangat tinggi untuk mengatasi permasalahan plastik, sehingga penerapan program EPPIC 2021 merupakan suatu terobosan baru yang mendukung program NTB Net Zero Emission 2050. Â
"NTB ini punya mimpi yang tinggi untuk capai Net Zero Emission di tahun 2050. Kita juga merupakan provinsi yang lengkap, biomassa ada, biothermal juga ada. Dan memang untuk masalah plastik, kita sudah komit dari dulu. Jadi, kalau ada program-program bagus begini, ayo cepat direalisasikan," katanya.
Program EPPIC 2021 ini sejalan dengan terobosan baru Pemerintah Provinsi NTB untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2050 Provinsi NTB. EPPIC merupakan kompetisi tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. Dalam hal ini, EPPIC berupaya untuk mengurangi pencemaran plastik, terutama di kawasan pesisir, sehingga dapat berkontribusi pada pencapaian SDG 14 (Life Below Water) and SDG 12 (Responsible Production and Consumption).
Setelah melalui inkubasi selama tiga bulan terpilihlah empat tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek sebesar 72.000 dolar AS dari 17 finalis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN. Kini, para pemenang EPPIC 2021 tengah menjalani tahap pendampingan selama sembilan bulan yang dilakukan oleh UNDP Innovation Hub, bekerjasama dengan para investor dan didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam kesempatan audiensi ini, para pemenang EPPIC di Indonesia, yaitu Siklus dan Alterpacks juga turut hadir dan memaparkan inovasi yang mereka usung. Para inovator yang terpilih menjadi pemenang EPPIC 2021 ini pun berharap inovasi tersebut mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi NTB untuk segera diimplementasikan.
Â
"Siklus berharap untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah NTB dari audiensi ini, mengingat persoalan sampah plastik merupakan persoalan yang perlu penanganan dan atensi dari banyak pihak, khususnya pemerintah setempat," jelas Laksamana Sakti, Chief Operating Officer (COO) dari Siklus.
Saat ini, selain di Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi (Jadetabek), Siklus juga telah berekspansi dan beroperasi di Kota Mataram. Start-up yang menyediakan jasa pengantaran isi ulang produk rumah tangga tanpa kemasan plastik ini pun menghadirkan produk isi ulangnya dan melakukan simulasi penuangan produk dari dispenser refill milik Siklus ke botol atau wadah yang lebih kecil saat audiensi. Dengan variasi produk isi ulang dan harganya yang terjangkau, Siklus berharap dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Mataram untuk mengubah kebiasaan mereka dan beralih ke isi ulang untuk mengurangi jumlah sampah plastik.
Tak hanya Siklus, Alterpacks dengan inovasinya dalam penyediaan kotak makanan ramah lingkungan berbahan limbah batok kelapa ini pun berharap Pemerintah Provinsi NTB dapat mendukung didirikannya pabrik Alterpacks di daerah Lombok yang juga dapat dijadikan sebagai Balai Pusat Inovasi penerapan sistem edukasi STEM (Science, Technology, Engineering & Math) bagi komunitas sekitar. Sebelumnya, start-up asal Singapura ini juga telah memperkenalkan produk kotak makanan ramah lingkungan berbahan biji-bijian bekas (spent grains) pada saat perhelatan Motor Grand Prix, yang diselenggarakan di sirkuit Internasional Mandalika pada Maret lalu.
"Kotak makanan yang diproduksi Alterpacks ini memiliki kelebihan untuk menampung makanan berkuah dan berminyak serta anti bocor, sehingga pengantaran makanan menjadi aman dalam perjalanannya. Selain itu, kotak makanan ini juga dapat digunakan kembali setelah dicuci bersih dan tahan terhadap panas, sehingga aman untuk dimasukkan ke dalam microwave. Produk Alterpacks ini juga telah mengantongi sertifikat dari Food & Drug Administration (FDA), Amerika Serikat, dan Singapore Food Agency (SFA), Singapura, sehingga menjamin kontak langsung dengan makanan tidak membahayakan, serta aman bagi kesehatan", jelas Julie Lee, Project Manager Alterpacks di Indonesia.
Dengan adanya audiensi ini, harapannya dapat mempercepat proses implementasi inovasi para pemenang EPPIC untuk mencegah terjadinya kebocoran sampah di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
*Lombok, Juli 2022 - Diolah ulang dari materi pers rilis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H