Mohon tunggu...
Kompasiana Watch
Kompasiana Watch Mohon Tunggu... profesional -

Watching, Shooting

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Verifikasi Akun ala Kompasiana Tidak Efektif

9 Oktober 2015   19:50 Diperbarui: 9 Oktober 2015   20:14 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun tidak berhenti sampai disitu saja. Sebab, sebagai mana kita ketahui bersama, bahwa begitu banyak contoh scan bukti identitas diri semacam KTP, SIM . Passport dll yang dapat di unduh dengan mudah melalui Google. 

Apakah sesederhana itu dalam melakukan proses verifikasi akun? Tentu saja tidak, bila tak ingin terjadi lagi kasus yang sama seperti kasus Pakde Kartono.

Setelah scan bukti identitas diri di unggah, lalu apa yang selanjutnya harus dilakukan oleh kompasiana?

Tentu saja harus dipastikan bahwa data identitas tersebut benar adanya. Setidaknya pemilik akun adalah benar keberadaanya sesuai dengan data alamat di dalam bukti identitas tersebut.

Bagaimana caranya?

Sangat mudah tapi memang tidak murah. Sangat mudah maksudnya adalah kompasiana harus mengirim kode tertentu dalam amplop tertutup yang dialamatkan langsung sesuai dengan data alamat yang tertera di dalam bukti identitas yang sudah diunggah oleh pemilik akun.

Apabila pemilik akun menerima kiriman kode dalam amplop tersebut, maka pemilik akun harus segera mengirim kembali kode yang tertera kepada Kompasiana. Kompasiana memberi tenggang waktu,misalnya selama 30 hari kepada pemilik akun untuk menyampaikan kode dengan benar, sesuai dengan yang telah ditetapkan masing-masing. Bila masih dalam proses pengiriman kembali kode oleh pemilik akun, maka status verifikasinya adalam "In progress". Sedangkan bila kode terkirim kembali dengan benar, maka dapat dipastikan bahwa pemilik akun adalah benar keberadaannya. 

Tidak murah memang, sebab Kompasiana harus membangun sebuah sistem khusus yaitu berupa data base dari semua akun kompasianer dan membangun sebuah program agar mekanisme verifikasi dapat terpantau dengan baik dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Ini adalah tentang biaya. Meski jumlahnya tidak kecil, namun untuk situs sebesar dan sepopuler Kompasiana, saya rasa bukanlah suatu hal yang terlalu dipermasalahkan, demi terciptanya sebuah sistem verifikasi akun yang terpercaya. Mekanisme seperti juga dilakukan oleh Google Adsense dan terbukti sangat efektip.

Bila memang terlalu mahal bila dilakukan terhadap seluruh akun, maka Kompasiana bisa mengaturnya. Yaitu dengan cara membuat beberapa kriteria, akun mana saja yang diwajibkan untuk dilakukan verifikasi. Sebagai contoh khusus bagi akun yang sangat aktif atau seringkali tampil sebagai HL atau TA, atau pemilik akun yang sudah menulis artikel dalam jumlah tertentu, maka wajibkan untuk dilakukan verifikasi. Dibangun sistem untuk melakukan blokir kepada akun yang sudah masuk dalam kriteria untuk dilakukan verifikasi, namun pemilik akun menolak. 

Kompasiana harus memberi contoh yang baik bahwa setiap anggotanya harus berani bertanggung jawab terhadap artikel yang ditulisnya yaitu dengan diminta kesdiaannya untuk dilakukan verifikasi. Bukan berarti semua Kompasianer harus menampilkan jati diri untuk diketahui publik, nama samaran atau nama pena tetap saja boleh dipergunakan. Namun satu yang harus dilakukan adalah bahwa pemilik akun adalah benar keberadaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun