Kendati demikian, seperti yang dialami Kompasianer Halimah sebelumnya, anak-anak di Simbuang memiliki semangat dan antusias belajar yang cukup tinggi. Tak jarang, anak-anak juga kerap datang lebih awal ketika bersekolah.
Apa yang diceritakan baik oleh Kompasianer Halimah dan Kompasianer Yulius setidaknya memberikan gambaran bagaimana kondisi pendidikan kita hari-hari ini. Segudang persoalan, terutama kaitannya dengan akses pendidikan tidak boleh terus dibiarkan.
Mengutip KOMPAS.id, persoalan-persoalan ini sesungguhnya sudah lama terjadi. Masih terbatasnya dan kurang akomodatifnya sekolah terhadap peserta didik, masih banyak anak-anak yang kesulitan mendapatkan sekolah.
Baca Juga: Yuk, Kita Wujudkan Mimpi Anak-anak di Papua dengan Buku!
Selain itu, aksesibilitas terkait dengan jarak dan rute tempuh, di mana kerap kita saksikan tontonan viral siswa yang berjalan belasan kilometer menandakan bahwa aksesibilitas terhadap lembaga pendidikan masih sangat terbatas dan bermasalah.
Permasalahan dan keterbatasan ini menjadi tantangan besar bagi anak-anak yang ingin mengejar mimpi melalui pendidikan. Pemerintah, guru, dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk sama-sama mencari jalan keluarnya.
Keterbatasan tidak boleh jadi api dalam sekam dalam akses pendidikan. Bagaimanapun, mereka adalah masa depan bangsa, dan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan harus dijamin.
Dan terpenting, harapan dan antusias anak-anak sekolah adalah lentera yang harus terus kita jaga bersama, meski dihadapkan pada berbagai keterbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H