Setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan untuk mengelola sampah rumah tangga agar tidak mencemari lingkungan.
Hal tersebut dikatakan oleh Pakar Persampahan sekaligus Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) Nara Ahirullah dalam menjawab pertanyaan Kompasianer melalui fitur "Tanya Pakar" dalam program "Ramadan Bareng Pakar" di Kompasiana.
Nara mengatakan setidaknya kita perlu memiliki dua infrastruktur pengelolaan sampah di rumah, yaitu komposter untuk sampah organik dan plastik atau karung untuk sampah anorganik.
Kemudian pisahkan sampah organik dan anorganik. Dan sampah-sampah anorganik ini masukkan ke dalam plastik atau karung yang sudah disiapkan tadi.
"Biasanya untuk trasbag ukuran 60x100 cm atau karung 50 kg, sampah anorganik baru penuh sekitar 10 hari. Kalau ada bank sampah di sekitar Anda, serahkan pada bank sampah. Jika tak ada, serahkan pada petugas sampah, itung-itung bonus," katanya.
Selanjutnya sampah organik. Sampah-sampah ini perlu dimasukkan ke dalam komposter. Nara menyarankan untuk kita memastikan memiliki komposter yang sesuai dengan kaidah komposting agar tidak menimbulkan masalah baru.
Selain itu dengan komposter dan mikroba dekomposisi yang benar, kita dapat menyimpan dan sekaligus membuat pupuk organik berbahan baku sampah organik domestik.
"Karena banyak komposter dan mikroba yang tidak sesuai dengan kaidah komposting. Akibatnya bukannya jadi kompos, sampah organik malah mendatangkan masalah," ujarnya.
Tak hanya soal sampah. Sisa-sisa minyak goreng rumah tangga, yang juga kerap jadi persoalan di rumah, juga perlu diperhatikan.
Sebab, menurut Nara, minyak goreng bekas, atau used cooking oil (UCO), ini termasuk jenis sampah spesifik yang perlu perhatian khusus.
Nara mengungkapkan umumnya orang tidak tahu bahwa minyak goreng bekas ini kalau dibuang ke lingkungan akan berdampak pencemaran di tanah atau di air.
Untuk itu, yang bisa dilakukan adalah menyediakan jerigen untuk menampung minyak goreng bekas ini di rumah.
Kemudian carilah informasi terkait bank sampah yang mau menerima minyak goreng bekas tersebut untuk diaur ulang.
"Saat ini sudah banyak pihak yang mencari UCO untuk dibeli sebagai bahan baku daur ulang. UCO dapat didaur ulang menjadi bahan biodiesel. Banyak sekali pihak yang membutuhkan UCO untuk keperluan tersebut," katanya.
"Bisa juga UCO dijadikan bahan untuk kreasi. Dengan bahan-bahan tertentu UCO bisa diproses dan dibuat untuk membuat sabun atau lilin. Banyak petunjuk pembuatannya di media sosial atau YouTube," imbuhnya.
Kompasiana berkolaborasi dengan Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) Nara Ahirullah dalam program "Topik Pilihan Kolaborasi Ramadan Bareng Pakar", sebuah program kolaborasi dengan Kompasianer pakar.
Di sini, kamu bisa berkonsultasi secara gratis kepada pakar melalui fitur "Tanya Pakar" dan mengikuti tantangan menulis tentang isu yang diangkat oleh pakar melalui "Topik Pilihan Kolaborasi" ini.
Kunjungin laman ini untuk berkonsultasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H