Kompasianer Merza Gamal melihat ketika Indonesia tengah mengembangkan dunia literasinya soal krisis ISBN justru karena produksi buku yang tidak sejalan dengan tingkat literasi masyarakat.
Namun tidak hanya itu, terlebih karena  praktik penerbitan buku yang tidak selalu berkualitas.
Melihat permasalahan tersebut, Kompasianer Merza Gamal menjelaskan hal lain yang ditawarkan soal penerbitan buku: bukan hanya ISBN, tetapi ada juga yang namanya QRCBN.
QRCBN adalah aplikasi pengidentifikasi buku yang menggunakan teknologi QR Code.
"QRCBN menawarkan solusi yang tidak hanya mengatasi keterbatasan ISBN tetapi juga membuka pintu untuk transformasi positif dalam dunia penerbitan," tulis Kompasianer Merza Gamal. (Baca selengkapnya)
3. Vanity Publisher di Balik Banyaknya Buku Ber-ISBN Tapi Produksinya Minim?
Kompasianer Rini Wulandari merasa aneh karena enam ratusan ribu ISBN yang keluar dari Purpesnas, tapi tidak berbanding lurus dengan banyaknya produk buku.
Bisa jadi, lanjutnya, problemnya adalah banyak buku yang telah ber-ISBN tapi tak jadi terbit atau hanya dicetak terbatas.
Akan tetapi, tidak ada yang keliru juga jika ada orang yang ingin menerbitkan bukunya sendiri karena untuk menambahkan motivasi orang untuk menulis.
"Akan menjadi dilematis justru ketika ada pembatasan terhadap penerbitan buku mandiri, termasuk jika ada pembatasan jumlah eksemplarnya," tulis Kompasianer Rini Wulandari. (Baca selengkapnya)
4. Mengatasi Krisis ISBN dengan Langkah-Langkah Unggul