Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Artis dan Narkoba: dari Alasan Pakai hingga Rehabilitasi

13 Januari 2022   12:28 Diperbarui: 18 Januari 2022   14:27 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: barang bukti narkoba. (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Ardhito Pramono ditangkap dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Sebelum itu, Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Ady Wibowo mengatakan pihaknya memiliki dua alat bukti sebelum menangkap.

Ardhito Pramono diduga menyalahgunakan narkotika jenis ganja.

Atas penangkapan ini, seperti kita tahu, jadi daftar panjang para publik figur atas penangkapan narkoba.

Baca juga: Artis Butuh Rileks, Lalu Pakai Narkoba?

Pada akhirnya, bagi masyarakat luas, bahwa dunia artis memang erat kaitannya dengan narkotika.

Lantas bagaimana Kompasianer melihat ini sebagai fenomena yang terus terjadi? Karena, sesungguhnya ini bisa terjadi pada siapa saja --termasuk orang-orang terdekat kita.

1. Mengapa Orang Memakai Narkoba?

Kompasianer Dokter Andri menuliskan, banyak obat-obat psikotropika yang sebenarnya mempunyai kegunaan dalam praktik kedokteran disalahgunakan.

"Kita dulu kenal beberapa jenis obat dengan merek-merek dagang yang dikenal luas seperti Mogadon, Lexotan, Dumolid, Calmlet, Xanax dll," lanjutnya.

Ini jadi suatu yang bahaya ketika orang yang menyalahgunakan obat-obat ini biasanya memakainya dalam jumlah besar bukan seperti dosis biasa yang disarankan oleh dokter.

Tidak hanya itu, ganja dan alkohol juga masih menjadi favorit bagi sebagian orang.

"Walaupun untuk ganja selain menenangkan juga dapat menimbulkan rasa senang karena apa yang dilihat oleh orang yang menggunakan ganja terasa lebih indah," tulis Kompasianer Dokter Andri. (Baca selengkapnya)

2. Mengapa Penyalahguna Narkoba "Merengek" untuk Direhabilitasi?

Ambiguitas masyarakat dalam memandang penyalahguna narkoba, tulis Kompasianer Syaiful W. Harahap, menunjukkan masyarakat melakukan diskriminasi terhadap penyalahguna narkoba.

Maksudnya, pada satu sisi artis yang memakai narkoba selalu mendapat maaf, tapi pihak lain justru tidak.

Penyalahgunaan narkoba terkait dengan berbagai aspek kehidupan maka upaya penanggulangannya pun tidaklah semudah yang dibayangkan.

Jika merujuk pada UU Narkotika, ada hak penyalahguna narkoba yang dikategorikan sebagai korban untuk menjalani rehabilitasi yang diatur di pasal 54.

Sedangkan definisi korban yang disebutkan dalam pasal tersebut adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika. (Baca selengkapnya)

3. Mengulik Lebih Dalam Program Rehabilitasi Narkoba

Sebagai petugas rehabilitasi, Kompasianer Andri Mastiyanto melihat ada cara pandang yang berbeda-beda mengenai rehabilitasi dan petugas di dalamnya.

Pasien yang menjalani recovery addict perlu dibantu agar pulih dari kecanduannya dan perilaku negatifnya. Setiap individu berbeda-beda sebaiknya jangan mengeneralisir.

Rehabilitasi narkoba memang tidak bisa mengubah stigma negatif yang sudah menempel di masyarakat.

"Kami hanya bisa membantu bagaimana mereka (recovery addict) menghadapi stigma negatif agar mereka tidak relaps (menggunakan kembali narkoba)," tulis Kompasianer Andri Mastiyanto. (Baca selengkapnya)

4. Belajar dari Abdel Achrian: Setidaknya Ada 3 Cara Longgarkan Diri dari Kecanduan

Kompasianer Ayu Diahastuti sungguh mengapresiasi upaya host dan pelawak kondang kita Abdel yang mampu mentas dari dunia narkoba.

Baginya, bukan hanya narkoba, tapi bisa keluar dari segala hal yang bersifat adiktif amat sulit.

"Akan tetapi, kita mungkin tidak seberuntung Abdel. Mungkin, kita sendirilah yang harus reach out, mencari pertolongan," tulis Kompasianer Ayu Diahastuti.

Kita dapat mengerti dengan benar apa yang sedang kita hadapi. Selanjutnya, kita akan mendapat treatment yang tepat untuk menghentikan perilaku adiksi ini.

Dalam menjalanin hubungan pertemanan yang sehat juga akan membantu dan mendukung menjalani hidup bertumbuh dengan lebih sehat. (Baca selengkapnya)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun