Alasannya, tulis Kompasianer Yudha Pratomo, sebagai tolok ukur perusahaan sejenis jika mereka tak ingin mati lantaran minim inovasi dan terlambat mengadaptasi perubahan.
"Apapun itu pasti layak dan bisa untuk dibahas. Soal jalan hidup perusahaan, soal menjadi raja ponsel pintar, soal antiklimaks yang berujung pad penurunan dan kematian, bahkan mungkin jika nanti ia ber-reinkarnasi---seperti Nokia---Blackberry akan tetap sedap untuk dibicarakan," lanjutnya.
Jika ada kenangan saat masih menggunakan Blackberry, apa hal pertama yang Kompasianer ingat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H