Kasih Ibu (memang) sepanjang masa. Akan tetapi, di Indonesia, untuk bisa kita sama-sama merayakan itu maka ditetap tanggal 22 Desember.
Perayaan Hari Ibu ini diresmikan oleh Presiden Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Â 1928.
Baca juga: Merenungi Sejarah Hari Ibu
Peristiwa yang terjadi pada Kongres Perempuan Indonesia merupakan awal bangkitnya gerakan perempuan Indonesia sebelum Kemerdekaan RI.
Sudah menyiapkan ucapan apa untuk Ibu hari ini, Kompasianer?
Jika kata-kata puitis biasa dibuat untuk caption di media sosial, untuk hari ini, pada peringatan Hari Ibu, bisakah itu diberikan kepada Ibu?
Baca juga: Ibu adalah Wujud Nyata dari Cinta dan Kepedulian
Kami coba berikan beberapa usulan yang serangkai ucapan untuk Ibu lewat puisi, pengharapan, hingga doa baik pada Hari Ibu.
1. Di Manakah Ibu Menjadwalkan Doanya?
Di manakah
Ibu menjadwalkan doa?
Hatinya menumpuk doa
yang tak pernah penuh
Anaknya,
doanya,
adalah puisi-puisinya
2. Aku Tak Mau Kalah dan Menyerah
Ternyata yang sedikit kutahu tiba-tiba mengenyangkan rasa lapar dan dahaga
Tiba-tiba pula kulihat wajah binar ibu
Yang mungkin laparnya atas rindu padaku untuk membawa sedikit kebahagiaan
Bahwa aku bakal sampai pada tempat tujuan dengan baik
Tahukah kau perempuan itu? Dialah yang kupanggil Ibu. Meski tak ada pertalian darah sama sekali denganku, tapi lidahku fasih memanggilnya demikian.
Aku selalu terdiam saat ibu menyiram kembang.
Kulihat seperti ada pelangi di antara rintik air yang tumpah.
Mungkin itulah asal warna bunga.
***
5. Rumahnya puisi adalah sunyi, sedangkan kasih dan sayang beralamatkan padamu, Ibu!
6. Ibu, jika lelah istirahatlah; jika lapar, makanlah; jika sedih, menangislah. Masih ada hari esok, Ibu, untuk kita bahagia bersama.
Baca juga: Ibu, Madrasah Anak yang Pertama
7. Saat mulutku mampu berucap "Ibu" untuk pertama kali, pada saat itulah aku tahu rasanya hangat selain dari pelukan: cinta Ibu.
8. Bagi para penyair, tangan Ibu itu lembar puisi yang tidak habis ditulis; tidak pernah selesai dibacakan; namun tercetak jelas "kasih sepanjang masa".
9. Tidak baik memendam rindu, karena Ibu selalu menunggumu pulang.
10. Andai perpisahan bisa kita rencanakan, Ibu, maka aku tidak ingin membuatnya untuk maupun kepadamu.
11. Harapanku satu: sehat-sehat selalu, Ibu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H