Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Rasanya Tidak Dihubungi Bos di Luar Jam Kerja seperti di Portugal

16 November 2021   13:46 Diperbarui: 17 November 2021   08:57 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja WFH. (sumber: Dok. Shutterstock via kompas.com)

Kira-kira bagaimana rasanya saat sedang liburan atau sedang tidak pada waktu kerja dihubungi oleh atasan sendiri?

Mungkin (1) akan menunda waktu liburan dan kembali bekerja atau (2) mengabaikan perintah atasan, lalu membalasnya saat sudah waktunya bekerja.

Karena baru saja di Portugal mengesahkan aturan baru, berisi larangan bagi bos untuk menghubungi anak buahnya di luar jam kantor.

Hal ini kembali mendapat respon masyarakat Indonesia, bahwa hal seperti itu bisa diterapkan juga di sini --dengan segala penyesuaiannya.

Bahkan dari aturan tersebut, secara spesifik menjelaskan kalau atasan atau bos bisa berpotensi mendapat hukuman jika kedapatan menghubungi pekerja di luar jam kerja.

Kompasianer Martha Weda sempat menuliskan, kalau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi itu masih jauh panggang dari api.

Maksudnya, waktu yang dimiliki pekerja pastinya akan lebih banyak digunakan untuk bekerja daripada untuk kehidupan pribadi.

"Hal ini terjadi salah satu pemicunya bukan karena kemauan pekerja, namun lebih banyak karena kemauan perusahaan," tulisnya.

Worklife balance, tulis Kompasianer Novi Setyowati, tidak bisa berdiri sendiri atau muncul dengan sendirinya. Hal tersebut memang mesti pekerjanya sendiri yang mengusahakannya.

Baginya, ada hal-hal yang terkadang menjadi penghalang, ataupun justru sebaliknya, menjadi pendukung tercapainya worklife balance.

"Untuk beberapa kasus, para pekerja ada saja yang beruntung karena dukungan atasan di kantor demi terwujudnya worklife balance," tulis Kompasianer Novi Setyowati.

Mendapatkan pekerjaan yang benar-benar sesuai seperti yang diinginkan itu tidak mudah, mungkin seorang mudah mencari pekerjaan, tapi tidak semua pekerjaan akan sesuai seperti yang diinginkan.

Analogi tersebut dibuat oleh Kompasianer Ulil Lala untuk melihat bagaimana relasi yang terjalin di perusahaan dalam menyikapi work-life balance.

Kecintaan pada pekerjaan, lanjutnya, akan menimbulkan dorongan atau motivasi yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut semaksimal mungkin.

Karena ini kerap terjadi di lingkungan terdekat kita kalau seorang yang kadung jatuh cinta lebih besar porsi pada pekerjaannya daripada kehidupan pribadinya sendiri.

"Kesulitan mengatur waktu ini juga tidak hanya dialami oleh mereka yang sudah punya jam kerja pasti, tapi bagi para wiraswastawan, pengaturan waktu juga sangat diperlukan," tulis Kompasianer Ulil Lala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun