Ada banyak cara menyambut kegembiraan menjelang bulan suci Ramadhan.
Penyambutan itu tak lepas dari tradisi turun-menurun yang sudah berlangsung sejak zaman leluhur.
Berikut, tradisi-tradisi unik jelang Ramadhan dari berbagai daerah di Nusantara:
Meugang, Makan Daging Sapi di Aceh
Kompasianer Muhammad Nauval mengatakan tradisi meugang merupakan tradisi mengkonsumsi daging sapi menjelang dua hari sebelum memasuki bulan Ramadan dan dua hari menjelang hari raya.
"Namun ada juga yang memilih daging kambing dan kerbau. Ini hanya soal selera," ungkapnya.
Menurut dia, tradisi meugang ini terbilang cukup unik. Pasalnya, sangat kental dan hanya ada di Aceh sekaligus tak lepas dari sejarah.
"Tercatat dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi atau Undang-Undang Kesultanan Aceh, tradisi Meugang pertama sekali dilakukan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda periode 1607 hingga 1636," tulis Kompasianer Muhammad Nauval. (Baca selengkapnya)
Makan Basamo di Sumatera Barat
Salah satu kebiasaan pada hari Sabtu terakhir sebelum memasuki bulan puasa, masyarakat melakukan gotong-royong membersihkan pandam pekuburan.
Kebanyakan pandam pekuburan atau tempat pemakaman umum di Payakumbuh, Sumatera Barat, bukan disediakan pemerintah, tapi milik jorong atau masyarakat adat di tingkat kelurahan atau desa. Ada juga pandam pekuburan milik komunitas tertentu.
Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang mengatakan punya pandam pekuburan yang relatif luas. "Demikian pula di kelurahan tempat kakak saya tinggal sekarang," tulisnya.
Seusai gotong-royong membersihkan pandam pekuburan, kegiatan yang paling ditunggu-tunggu adalah makan basamo atau makan bersama.
Biasanya ibu-ibu atau anak perempuan sudah datang di sebuah tanah lapang tak jauh dari pandam pekuburan.
"Di sana digelar tikar panjang untuk tempat makanan yang dibawa ibu-ibu tersebut," kisahnya. (Baca selengkapnya)
"Ganjel Rel" dalam Tradisi Dugderan
Ganjel rel ini menjadi istilah yang sangat populer untuk disematkan ke roti khas dari ibukota provinsi Jawa Tengah ini. Di kota lain, roti ini dikenal dengan nama roti gambang.
Warna yang kecoklatan bertaburan wijen menjadi ciri khas roti klasik itu. Namun jangan kaget lho, roti ganjel rel ini ternyata tidak memakai coklat dalam pembuatannya. Warna coklat itu didapat dari pemakaian gula merah dan kayu manis.
Kompasianer Ludiro Madu mengatakan kue ini berbeda dengan roti kegemaran orang Indonesia pada umumnya yang biasanya empuk. Teksturnya yang cenderung keras dan bantat itu malah terasa enak, jika disantap bersama secangkir teh hangat atau kopi hitam yang pahit.
"Orang Semarang biasanya menikmatinya dengan cara dicelup dulu ke dalam kopi atau teh hangat hingga roti agak lembek baru digigit," tulisnya. (Baca selengkapnya)
Papajar, Tradisi Piknik dan Makan-makan Sebelum Puasa
Kompasianer Wiwin Zein mengatakan, papajar adalah sebuah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat muslim yang ada di kabupaten Cianjur setiap jelang Ramadhan.
Tradisi Papajar pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi rasa senang dan gembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi tersebut sudah sejak puluhan tahun yang lalu dilakukan oleh umat Islam yang ada di kabupaten Cianjur.
"Tradisi Papajar umumnya mulai dilakukan setelah pertengahan bulan Sya'ban. Namun  tradisi Papajar lebih sering dilakukan seminggu atau beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhan alias bulan puasa," tulis Kompasianer Wiwin Zein. (Baca selengkapnya)
Asyiknya Cucurak, Tradisi Santap Bersama
Cucurak adalah tradisi makan bersama menjelang bulan Ramadhan yang banyak dilakukan oleh warga di sekitar Bogor, Jawa Barat.
Kompasianer Indra Mahardika mengatakan tradisi ini sudah turun-menurun dilakukan di sana. Bahkan sudah menjadi kewajiban.
Tradisi ini biasanya dilakukan sebagai ajang silaturahmi jelang Ramadhan untuk meningkatkan keakraban baik sesama anggota keluarga, tetangga ataupun teman.
"Cucurak ternyata mirip dengan Megibung yang dilakukan oleh masyarakat Bali, Ngeliwet atau Bancakan bagi masyarakat Sunda yang tinggal di Banten maupun Jawa Barat . Makan bersama dengan alas daun pisang atau tempat khusus," tulisnya. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H