Kata-kata valentine, bagi mereka yang LDR-an, barangkali jadi ritual peneguh hubungan: bahwa masih ada yang bisa dipertahankan dari sekadar seringnya bertemu pasangan.
Jauh sebelum pandemi covid-19 datang dan merenggangkan jarak antarkita, mereka yang LDR-an sudah terbiasa. Sebenarnya ada lagi kata yang lebih tepat, terlatih!
Untuk yang setiap hari bertemu saja sering ada ketidakcocokan yang jadi masalah, apalagi yang tidak bertemu?
Oleh karena itu, bagi mereka yang LDR-an melihat hubungan sosial yang terjadi ketika pandemi datang adalah hasil dari latihan panjang menjalani hubungan. Jadi, bukan masalah besar untuk hanya berkomunikasi secara virtual.
Baca juga: Wahai Pejuang LDR, Bersatulah!
Namun, untuk yang tidak menjalani hubungan jara jauh, seringkali justru membutuhkan lebih banyak kepastian bahwa hubungan itu berhasil pada saat pandemi seperti sekarang ini.
Untuk itulah kmai ingin coba sedikit beri pandangan untuk mereka yang baru saja menjalani LDR-an atau baru akan memulainya. Tenang, kalian tidak sendirian!
1. Long Distance Relationship (LDR) dan Peluang Keberhasilannya
Pertanyaan mendasar dari mereka yang LDR-an adalah mengapa pasangan yang satu gagal, sedangkan pasangan yang lainnya berhasil menjalani hubungan?
Kompasianer I Ketut Suweca melihat karena mengalami salah paham hanya lantaran cemburu.
Di antara kompleksitas masalah yang dihadapi, tulis Kompasianer I Ketut Suweca, ada dua faktor utama yang kiranya menentukan tingkat keberhasilan sebuah hubungan LDR seperti ini.
Jika komitmen ini ada, kemungkinan besar cinta yang mereka bina akan terawat hingga bergulir ke jenjang perkawinan.
"Komitmen yang kuat bisa menghadapi beragam godaan, tantangan, dan keinginan berpaling ketika menemukan orang lain  yang dipandang lebih baik," tulisnya. (Baca selengkapnya)