Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gaji PNS Tak Sesuai Pangkat dan Golongan, Apakah Dapat Tingkatkan Kinerja?

6 Desember 2020   04:06 Diperbarui: 6 Desember 2020   04:09 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini Badan Kepegawaian Negara (BKN) tengah berupaya mempercepat penyiapan bahan perumusan kebijakan reformasi sistem pangkat dan penghasilan (gaji dan tunjangan) serta fasilitas PNS.

Menariknya sejalan dengan PP Nomor 7 Tahun 1977 tentang Gaji PNS yang telah diubah 18 kali, terakhir dengan PP Nomor 15 Tahun 2019.

Namun, menurut Kepala Biro Humas Hukum dan Kerja Sama BKN Paryono, pengaturan tentang pangkat PNS saling terkait dengan pengaturan gaji.

Akan tetapi pada sistem pangkat ke depannya bakal melekat pada tingkatan jabatan.

Selain konten seputar penghitungan gaji PNS, masih ada konten menarik lainnya di Kompasiana dalam sepekan, sebagai berikut:

1. Gaji Pegawai Negeri Tidak Lagi Tergantung Pangkat dan Golongan

Ada yang berbeda dan menarik untuk didiskusikan, yakni mengenai formula gaji PNS yang baru akan ditentukan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab, dan risiko pekerjaan.

Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang memberi ilustrasi yang tepat: bila seseorang memenuhi kompetensi untuk mengisi suatu jabatan, meskipun masih junior, tapi nilai jabatannya tinggi, maka gajinya tinggi.

Yang kemudian jadi pertanyaan, apakah dengan begini kinerja PNS akan semakin baik?

"Jadi, sebelumnya, penggajian itu tergantung ke orangnya, bukan ke jabatan yang diembannya. Nah, dengan sistem baru, penggajian bukan tergantung siapanya, tapi jenis pekerjaannya.," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Bom Waktu Bernama "Pilkada Korona 2020"

Tidak ada yang berubah dari penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020. Hanya saja, kini, bagi pasien yang terpapar corona dan tengah menjalani isolasi akan difasilitasi dengan cara darurat.

Dalam dunia demokrasi, tulis Kompasianer Khrisna Pabichara, hak suara memang amat penting karena merupakan hak asasi semua warga.

Hal itu, tentu saja, bisa kita maklumi. Namun, bagaimana dengan risiko lainnya --di tengah pandemi?

"Kita boleh bersikukuh tentang hak suara, tetapi kita tidak boleh mengabaikan hak hidup. Bisakah Negara memastikan keselamatan dan kesehatan petugas KPPS, pengawas, dan saksi dari bahaya yang mengancam mereka?" lanjut Kompasianer Khrisna Pabichara mempertanyaakan. (Baca selengkapnya)

3. Perth, Kota Indah di Tepi Sungai Angsa

Kompasianer Iffat Mochtar mengajak pembaca untuk jauh lebih dekat dengan Perth,  Ibukota Negara Bagian Australia Barat.

Menariknya kota tersebut dilintasi sungai indah: Swan River, Sungai Angsa.

Di sekitar sungai tersebut memang banyak sekali angsa hitam. Bahkan, saking banyaknya, Pemerintah Australia menjadikan angsa hitam ini sebagai satwa yang dilindungi dan tidak boleh untuk ditangkap maupun diganggu habitatnya.

"Populasinya cukup banyak di sepanjang sungai Swan River yang membentang dari bagian utara hingga tepi pantai barat kota Perth sepanjang 60 kilometer ini," tulis Kompasianer Iffat Mochtar. (Baca selengkapnya)

4. "Match Worn Jersey", Begini Takdir Kostum Bekas Pemain

"Barang bekas tak selamanya lebih murah. Jersey bekas pemain sepak bola, misalnya, yang justru makin mahal setelah terpapar keringat," tulis Kompasianer David Abdullah.

Namun, bagaimana kita bisa mendapatkan jersey bekas dipakai pemain itu?

Sebab bagi para penggemar sepak bola, mengenakan jersey merupakan simbol kecintaan dan bentuk dukungan terhadap klub yang mereka idolakan.

Jersey itu, tulis Kompasianer David Abdullah., menjadi salah satu barang yang tidak turun nilainya meski sudah pernah dikenakan, terutama jika yang mengenakan adalah pesepak bola papan atas.

"Alih-alih turun, nilai historis dan harga jualnya justru menjulang tinggi di pasaran," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

5. Gara-gara si T-Rex, Aku Hampir Gagal Nulis!

Sambil mengikuti Kompasianival 2020 secara virtual, para Kompasianer disajikan beragam fitur yang bisa dimain di sana. Dan, ada hadiahnya tentu saja.

Seperti yang dilakukan oleh Kompasianer Ozy Alandika pada hari pertama Kompasianival: bermain gim T-Rex Race!

Malah, saking asyiknya main dan ingin berusaha agar ada pada urutan 10 besar, hampir saja kompasianer Ozy Alandika lupa menulis di Kompasiana.

"Sembari menyimak webinar di Laptop, kan kita bisa ajak T-Rex joget-joget via smartphone," tulisnya.

Berapa peringkat Kompasianer yang sudah coba memaminkan T-Rex Race? (Baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun