Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jika Premium Dihapus Tahun Depan, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

19 November 2020   17:15 Diperbarui: 19 November 2020   22:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi antrean Partalite di salah satu SPBU yang ada di Batam. Saat ini Penjualan produk Pertalite meningkat cukup tajam sepanjang tahun 2017.(KOMPAS.COM/ HADI MAULANA)

Beberapa bulan lalu, sekitar Juni 2020, Pertamina berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) yang kandungan Research Octane Number (RON) di bawah 91.

Hal tersebut kini semakin dekat untuk teralisasi, pasalnya pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, seperti dikutip dari kompas.com, bensin dengan nilai oktan 88 itu akan ditiadakan mulai 1 Januari 2021.

Ada yang bisa mahfum, karena dengan dihapusnya BBM yang mengandung Research Octane Number (RON) di bawah 91 tidak ramah lingkungan.

Akan tetapi masih ada hal lain yang perlu diperhatikan, semisal, akan berdampak pada naiknya ongkos operasional kendaraan umum maupun lainnya.

Harapannya, tentu saja, ada penyesuaian harga atau tarif terhadap BBM jenis lainnya agar tidak perubahan yang cukup signifikan dan langsung berdampak kepada masyarakat lapisan bawah.

Untuk itulah, kami coba rangkum beberapa kritik, saran, maupun masukan dari Kompasianer terkait penghapusan BBM yang akan ditiadakan.

1. Premium dan Pertalite Dihapus, Mungkinkah Pertamax Menjadi Lebih Murah?

Sebagaimana yang telah dibahas di atas, ternyata Kompasianer Agil S. Habib memiliki pandangan yang sama, yakni diturunkannya jenis BBM lain seperti Pertamax.

Pada tulisannya tersebut, Kompasianer Agil S. Habib berfokus membahas mengenai efisiensi perusahaan.

Semakin banyaknya varian produk yang harus diproduksi, tulisnya, maka hal itu pasti akan berpengaruh terhadap operasional perusahaan.

"Kapasitas penyimpanan untuk pertamax akan meningkat apabila premium dan pertalite dihilangkan. Fokus peningkatan produktivitas operasional produksi pertamax semestinya bisa lebih intens dilakukan mengingat fokus yang harus dibagi berkurang," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

2. Berharap Harga Minyak Turun Malah Premium dan Pertalite Punah

Kompasianer Abanggeutanyo melihat, bahwa premium adalah produk rakyat. Alasannya karena premium jadi bahan bakar paling diminati di seluruh tanah air dengan alasan efisien.

Jika benar premium dihapuskan akan mudah sekali membayangkan kalau nantinya masyarakat akan mendapat untuk yang lebih sedikit dari biasanya. Biaya produksi semakin mahal.

"Risiko menggunakan bensin beroktan rendah serta dampaknya terhadap kinerja mesin berkompresi rendah atau tinggi kurang menarik perhatian masyarakat," tulis Kompasianer Abanggeutanyo.

Sebab, faktanya selama ini jarang terdengar masyarakat komplain pada bensin 88 (premium) apalagi terhadap bensin 90 (pertalite) terkait mesin kendaraan mereka. (Baca selengkapnya)

3. Menimbang Pentingnya Penggunaan BBM Berkualitas Baik

Isu terhadap keberlangsungan lingkungan yang lebih baik patut menjadi perhatian serius bagi pemerintah saat ini. Pasalnya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia.

Peniadaan BBM jenis premium ini, menurut Kompasianer Bagus Suci, bukan saja urgen untuk mengurangi tingginya polusi di Jakarta, tetapi juga demi menjaga kesehatan masyarakat.

Lebih lanjut, Kompasianer Bagus Suci menerangkan secara sederhana atas keterkaitannya penghapusan Premium dengan lingkungan.

"Prinsipnya, semakin tinggi nilai oktan/RON, maka kualitas BBM itu semakin baik. Karena pembakarannya pun semakin sempurna, sehingga akan menghasilkan gas buang (emisi) yang rendah," tulisnya.

Jika ingin polusi udara di Jakarta turun, lanjutnya, maka kita sepatutnya mendukung penggunaan BBM yang berkualitas.

"Jadi, bukan alih-alih memilih jenis BBM yang buruk 'hanya' karena pertimbangan murah dan ekonomis saja," tulis Kompasianer Bagus Suci. (Baca selengkapnya)

4. Siap-siap Adapatasi BBM Baru

Kita mesti siap-siap, seperti yang diingatkan oleh Kompasianer Mas Sam. Karena peralihan dari premium dan pertalite (RON 82) ke pertamax dalam jangka pendek akan berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat.

Bebab biaya pengeluaran ekonomi masyarakat pasti akan ada kenaikan. Terlebih, pada kondisi seperti pandemi sekarang ini.

Tentu kita akan selalu familiar dengan fenomena setiap kali pemerintah akan menaikan BBM saja, pasti masyarakat akan berbondong-bondong menyerbu SPBU, antre, untuk mendapatkannya sebelum harga dinaikan.

Itu baru dinaikan, bagaimana kalau dihilangkan? (Baca selengkapnya)

5. Tren Bersepeda, antara Solusi Ekonomis atau Krisis Strategis

Barangkali setelah premium dihapuskan dan kegiatan bersepeda sudah lagi bukan tren, ini bisa jadi solusi alternatif yang tepat, bukan?

Kompasianer Kalista Setiawan berpendapat, peningkatan popularitas bersepeda yang ramah lingkungan ini, pun akan mendukung pemerintah dalam rencana penghapusan BBM beroktan rendah

"Jika, memang ranah pemerintah ingin menuntun masyarakat beralih ke moda tranportasi umum atau transportasi yang ramah lingkungan dengan rencana penghapusan bahan bakar oktan rendah tersebut," lanjutnya.

Namun, ada juga yang perlu diperhatikan, yaitu penyediaan jalur khusus bagi pesepeda dan pejalan kaki harus segera dilakukan. (Baca selengkapnya) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun