Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana agar Tidak Risau Saat UMP 2021 Tidak Naik?

14 November 2020   19:02 Diperbarui: 16 November 2020   11:34 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja yang frustasi. (sumber: pixabay.com/ijmaki)

Tidak ada kenaikan upah minium provinsi (UMP) tahun 2021, tidak juga untuk upah minimum kabupaten/kota (UMK).

Surat edaran penetapan upah minimum tersebut diteken oleh Menaker pada 26 Oktober 2020. Selanjutnya, upah minimum 2021 ini secara resmi telah ditetapkan dan diumumkan oleh seluruh kepala daerah pada 31 Oktober 2020.

Meski berat untuk menerima, tapi dengan tidak dinaikkannya UMP/UMK tahun 2021 mungkin kita bisa mewajarinya, karena kondisi ekonomi Indonesia saat sedang mengalami tekanan akibat virus corona hingga menyebabkan resesi.

Namun, ini juga bisa berdampak pada daya beli masyarakat turun. Lantas, bagaimana kita bisa menyikapinya?

Kami rangkum pendapat hingga kiat yang telah dibagikan Kompasianer ini dengan harapan kita bisa sama-sama saling belajar dan mengerti cara untuk menyikapinya.

1. UMP Tahun 2021 Tak Naik, Begini Jurus Jitu Kelola Keuangan dengan Bijak

UMP 2021 tidak naik, tapi daripada mengeluh Kompasianer I Ketut Suweca justru mengajak dan mengelola keuangan dengan bijak.

Sebagai contoh, jangan hanya bersandar pada upah di tempat kita bekerja, namun  temukan sumber penghasilan baru. Tujuannya tentu untuk menambah income dengan melakukan usaha-usaha sampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan keluarga.

Kemudian, lanjutnya kurangi pengeluaran. Sekiranya apa saja pengeluaran kita yang bisa  diefisiensikan hingga (kalau bisa) ditiadakan.

"Mulailah menghitung dan mencermati setiap pengeluaran yang sudah dilakukan selama ini. Minimal lihat dalam 3 bulan terakhir," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. "Saya Puas, Anda Puas", Mungkinkah Terjadi dalam Relasi Perusahaan-Karyawan?

Wacana publik mengenai tidak dinaikannya UMP 2021, bagi Kompasianer Resi Aji amatlah wajar. Ada yang memihak pekerja, ada juga yang memihak pengusaha.

Ke manapun kita memihak, yang jelas, inflasi terus terjadi sehingga sangat wajar dan sangat bisa dipahami jika menaikan upah untuk mengimbangi inflasi adalah hal yang dianggap wajib dilakukan.

"Walau pasti ada yang menganggap tidak menguntungkan, saya meyakini kebijakan ini diambil pemerintah untuk bisa mengakomodasi kebutuhan berbagai pihak. Kebutuhan ya, bukan keinginan," tulis Kompasianer Resi Aji.

Namun, proses dalam pengambilan kebijakan maupun dalam implementasinya yang masih banyak kekurangan, lanjutnya, perlu dihargai usaha pemerintah untuk terus berupaya membawa keadilan bagi semua pihak. (Baca selengkapnya)

3. Sulitnya Hidup di Brebes, UMK Rendah tapi Biaya Hidup Jakarta

Bisa dibilang Kabupaten Brebes adalah lokasi yang dinilai strategis sebagai sentra industri yang tengah tumbuh.

Untuk saat ini saja, tulis Kompasianer Yudi Rahardjo, sudah banyak  pabrik industri manufaktur di bidang tekstil seperti garmen dan pabrik sepatu.

Akan tetapi, sayangnya, biaya hidup di sana  sebanding dengan besarnya UMK Brebes yang hanya sekitar Rp 1,8 juta per bulan.

Dengan pendapatan sebesar itu, kira-kira apakah bisa sekadar cukup untuk hidup? Atau, jika kurang, apa yang penyebabnya?

"Keadaan ini disebabkan oleh warga Brebes yang memiliki "kiblat" wilayah pabrik seperti di JABODETABEK, harga makanan yang ada di Brebes dibuat bersaing seperti harga makanan di sana," lanjut Kompasianer Yudi Rahardjo. (Baca selengkapnya)

4. Derita Guru Honorer Ketika Wacana UMP Mengemuka

Ketika ada beberapa daerah yang menaikan UMP 2021, memang patut disyukuri. Paling tidak kesejahteraan meningkat, meskipun bayang-bayang harga bahan sembako bisa juga mengintai ikut naik.

Akan tetapi bagaimana dengan nasib guru honorer? Kita tahu ini masalah ini ada, tapi tidak juga ditemukan regulasi yang memihak pada mereka.

Kompasianer Hamdali Anton ingat betul honor yang ia terima sejak 20 tahun lalu saat menjadi guru honorer.

"Dimulai dengan honor sebesar 50 ribu sebulan dengan lima kelas yang harus diajar; lalu 250 ribu sebulan, kemudian 400 ribu sebulan dua tahun kemudian, selanjutnya 600 ribu, dan yang terakhir 900 ribu sebulan," tulisnya.

Untuk itu Kompasianer Hamdali Anton memberi saran kepada pemerintah guna bisa membantu rekan sejawatnya yang berprofesi sebagai guru.

"Sudah seharusnya guru honorer juga mendapat status yang jelas, karena mereka menggantikan guru-guru PNS yang pensiun atau sekolah memang kekurangan tenaga pengajar," salah tiga saran dari Kompasianer Hamdali Anton. (Baca selengkapnya)

5. Ini 3 Rahasia Menganggur yang Sukses

Kompasianer Taura punya definisi yang tepat untuk mereka yang belum mendapat pekerjaan: nganggur tidak jelek, tetapi sifat yang mengikutinya bisa jelek. Bekerja itu baik, tetapi sifat yang mengikutinya bisa sebaliknya.

Namun, apa hubungannya tidak punya pekerjaan dengan tidak naiknya UMP 2021?

Tenang! Kompasianer Taura memberi motivasi dari sudut pandang lain agar para pekerja yang tidak mengalami kenaikan UMP ini bisa lebih semangat dan kreatif.

Sebagai contoh, pengangguran itu sebagaimana yang ditulis Kompasianer Taura, dapat memicu otak untuk bekerja.

"Semakin sering otak diajak berpikir, maka tingkat ketajamannya akan terjaga dan berbeda jika jarang digunakan. Jadi, ini adalah rahasia pertama yang harus disyukuri oleh seorang penganggur," tulisnya. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun