Mungkin kini kita sudah masuk pada fase rindu-rindunya traveling. Rindu mendatangi tempat yang lama sudah diimpikan atau sekadar keluar rumah dan menikmati suasana baru.
Akan tetapi, meski tidak sering, jajan ketika sedang jalan-jalan acapkali jadi pertimbangan tersendiri. Mau mencoba, tapi terhalang budget atau langsung saja mencoba, karena belum tentu itu bisa dinikmati di tempat lain.
Lagi-lagi itu jadi pilihan yang sedikit dilematis.
Namun, semoga dilema tersebut tidak mengganggu momen liburanmu. Semoga walaupun tetap hemat, kita tetap bisa menikmati liburan.
Barangkali konten-konten pilihan kami bisa sedikit memberimu masukan dan bayangan ketika ingin pergi liburan.
1. Jajan dalam Perjalanan, dari Bus hingga Terminal
Bagi yang sehari-harinya menggunakan bus, pasti tidak asing dengan pedagang yang kerap naik-turun terminal, bukan?
Hal ini dialami oleh Kompasianer Erni Lubis selama 9 tahun lamanya: Wonogiri-Solo sekira 2 jam. Bahkan tidak hanya pedagan, jika dalam perjalanan ke Jogja, tulisnya, ada pengamen hingga pembaca puisi di dalam bus.
"Para penumpang juga beragam, ada yang suka rela untuk beli, ada yang memang sedang butuh, ada yang gengsi, ada juga yang acuh. Suatu ketika saya bertemu dengan penumpang yang sangat baik hati," lanjut Kompasianer Erni Lubis.
Jadi ceritanya penumpang tersebut selalu membeli dagangan pedagang tersebut. Apa saja, dari permen, tahu, kripik, dan minuman. (Baca selengkapnya)
2. Ini Seni Ngirit Makan Menggunakan Kereta Api
Jika tadi bagi yang suka menggunakan bus, kali ini ada cerita untuk tidak terlalu boros/banyak jajan di kereta.
Akan tetapi ada yang menu makanan yang hampir selalu jadi favorit Kompasianer Ikrom Zain: nasi goreng. Alasannya menarik: bukan menu favorit tetapi menu yang paling bisa dimakan.
"Menu lainnya cukup riskan untuk saya makan seperti ayam geprek atau nasi pecel," lanjutnya.
Untuk itu agar bisa irit ada cara yang kerap dilakukan Kompasianer Ikrom Zain: memanfaatkan waktu menunggu saat pergantian lokomotif bisa dimaksimalkan untuk mencari makanan murah sebagai bekal perjalanan. (Baca selengkapnya)
3. Jakarta-Padang Lewat Darat, Bagaimana Cara Makan Hemat?
Kali ini, bagaimana kita tetap bisa berhemat jika sedang dalam perjalanan antarpulau?
Konten yang dibuat Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang akan lebih fokus membahas bagaimana cara berhemat dalam pengeluaran untuk makan dan minum selama dalam perjalanan dari Jakarta ke berbagai kota di Sumbar dan sebaliknya.
Berdasarkan pengalamanan, perjalanan sebelum ada tol dari Bandarlampung ke Palembang, selama 2 hari 1 malam atau sekitar 30 hingga 32 jam.
"Dengan waktu tempuh tersebut, agar energi tetap tersedia, paling tidak perlu mengisi perut sebanyak 4 hingga 5 kali," tulis Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang.
Kuncinya ada di sini: jika menggunakan kendaraan pribadi sebagikanya kut jalur bus yang menyisir pinggiran kota, lebih baik masuk pusat kota.
"Di sana pasti banyak rumah makan dengan harga yang standar, karena pelanggannya adalah warga kota itu sendiri, bukan orang numpang lewat," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
4. Ketika "Telantar" di Negeri Orang, Siap-siap Biaya Tak Terduga
Kompasianer Hennie Triana berbagi pengalaman dan kiat untuk yang suka jalan-jalan ke luar negeri. Bahkan bisa mendapat harga murah sampai gratis. Tertarik?
Nah, poin yang perlu diperhatikan, sekaligus yang ditekankan oleh Kompasianer Hennie Triana adalah melakukan perjalanan ketika masa liburan atau saat peak season (puncak musim liburan).
"Suatu waktu, ada pengalaman saya yang lumayan mendebarkan dan menguras kantong lebih banyak dari rencana. Perjalanan liburan ke Kanada," tulisnya.
Menjadi penumpang standby. Sebab, pada saat itulah perjalanan pesawat boleh terbang jika alokasi kursi tersedia sesuai daftar tunggu penumpang yang terdaftar sebelum keberangkatan. (Baca selengkapnya)
5. Kisah Bule yang Jajan dalam Bus Seribu Rupiah Saja
Kali ini cerita dari turis luar negeri yang dituliskan oleh Kompasianer Himam Miladi ketika masih bekerja di Bali.
Jadi ketika itu ia menaiki bus dari Terminal Ubung, Denpasar. Tepat di tempat Kompasianer Himam Miladi duduk, ada seorang turis dari Belanda. Kemudian, berkenalanlah mereka.
Tidak lama ia dihampiri oleh pedagang asongan yang menjual onde-onde. A traditional cake with green beans inside. It's cheap, just one thousand rupiah for a piece, tulis Kompasianer Himam Miladi mengingat cara penjual itu menjelaskan dagangannya.
Harapannya penjual tersebut tentu jika ada turis luar negeri, pasti akan membelinya banyak. Ternyata hanya 1 onde-onde saja yang dibeli.
Kira-kira pelajaran apa yang bisa dipetik dari kisah itu? (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H