Sungguh berbeda sekali pemilu Amerika Serikat kali ini. Antusiasme warga Amerika Serikat berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara terbanyak dalam seabad ini.
Mereka rela antre sejak pagi, bahkan dari waktu pembukaan pukul 7 pagi waktu setempat.
Akan tetapi, sayangnya, banyak yang beranggapan bahwa ini jadi pemilu Amerika Serikat yang paling memecah belah. Pendukung fanatisme antar-kandidat begitu mengkhawatirkan.
Banyak toko yang dilapisi lagi papan dan bersiap kemungkinan terjadinya kerusuhan pasca pemilu. Tidak sedikit juga toko yang tutup.
Selain pemilu di Amerika Serikat, masih ada konten terpopuler dan menarik di Kompasiana, kemarin.
Mengapa Masyarakat Amerika Mencintai Trump?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump ketika berpidato di hadapan pendukung Partai Republik di Ohio (4/8/2018). Trump berpidato mendukung kandidat Pemilu Legislatif Troy Balderson. (Foto: AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/SCOTT OLSON)
Trump adalah kandidat yang diyakini memahami apa yang masyarakat Amerika anggap penting. Trump adalah wirausahaan yang sukses. Trump kaya raya namun ia bangun setiap pagi untuk kampanye. Trump adalah sosol yang sangat peduli Amerika. Ia adalah simbol kesuksesan bisnis. (Baca selengkapnya)
Pompeo Jadi Kartu Truf Suksesi Trump di Indonesia
Kunjungan Mike Pimpeo ke Indonesia dinilai bermanfaat bagi kedua negara. (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr)
Presiden menginginkan AS sebagai "true friend of Indonesia" atau teman yang sebenarnya. Apa yang dikatakan presiden Jokowi itulah bagian terpentingnya, AS ingin hubungan bilateral dengan Indonesia lebih erat, dan ingin Indonesia menjadi mitra yang jelas.
Mengenai implementasi selanjutnya adalah persoalan kedua atau tehnis, dinilai perlu segera ditindak lanjuti para pembantu presiden. (Baca selengkapnya)
Bedah Taktik Pioli dan PR Milan demi Pertahankan Rekor Sempurna
Pemain AC Milan merayakan gol kemenangan atas sang tuan rumah Udinese pada giornata 6 Serie A, Minggu (1/11) kemarin. | foto: acmilan.com
Pioli bukanlah tipe pelatih yang punya set play (hafalan) tertentu seperti Guardiola maupun Sarri. Lalu apa formula sukses hingga Milan tak terkalahkan dalam 24 laga terakhir? (Baca selengkapnya)
Menulis Biografi: Dramatis dan Turning Point
ilustrasi. (sumber: pixabay.com/siobhandoleza)
Konon kata sejumlah penulis yang saya kenal, membuka tulisan biografi itu harus memberi tahu atau memberi pemahaman kepada pembaca untuk apa biografi ditulis, misalnya untuk memberi inspirasi atau dijadikan teladan bagi sapa saja. Tetapi, saya punya rumusan yang berbeda. Pada hampir semua biografi yang saya tulis, saya selalu (sebisa mungkin) menampilkan dua hal penting.
Dua hal penting yang saya temukan dalam perjalanan saya menulis sosok itu adalah DRAMATIS dan TURNING POINT.