Mestinya dalam sebuah komunitas itu bukan lagi sekadar adanya persamaan antaranggota, melainkan ada kesepatan di dalamnya.
Maksudnya, sebuah komunitas bisa tetap eksis dan melakukan segala bentuk aktivitas kegiatannya berdasarkan kesepakatan anggotanya. Sebab, dengan begitu, dapat membentuk individu/masyarakat yang mandiri dan berdaya bagi sesama.
Nilai lebihnya ketika kita sudah berkomunitas yaitu dapat sama-sama tumbuh untuk menawarkan beragam solusi untuk berbagai masalah. Komunitas hadir untuk membuat perubahan.
Inilah yang kemudian menjadi keunggulan bangsa kita, atau malah sebuah keajaiban, adalah melimpahnya modal sosial dalam rupa karakter masyarakat yang komunal.
Kita mungkin satu-satunya bangsa di dunia yang sangat "social minded", sebuah karakter yang secara aktif tertarik pada kesejahteraan sosial atau kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan kata lain, tradisi bersosialisasi, kegandrungan bermasyarakat, "hormon gaul" kita ini, tidak ditemukan di tempat lain di dunia.
Sedikit menyitir peribahasa: bersatu kita teguh, berkomunitas kita tangguh.
1. Hal-hal yang Perlu Dimiliki untuk Bisa Hidup Bersama
Rasa saling percaya seperti yang dimaksud itu bukan dalam artian kepercayaan atas dasar "kebenaran" dan "pembenaran" absolut, akan tetapi dalam prinsip kolektivisme yang memberangus sama sekali pengakuan atas hak-hak pribadi dengan alasan demi kepentingan umum.
"Sikap kritis dan verifikatif juga berguna untuk menahan laju proses pembusukan di masyarakat demi kebaikan hidup bersama," lanjutnya.
Oleh karena itu, dalam berkomunitas selain tetap saling percaya dan kritis, kita mesti sama-sama untuk menjaga interaksi. (Baca selengkapnya)
2. Kiat agar Komunitas Langgeng
Oleh karenanya komunitas diperlakukan sebagai wadah untuk menampung minat. Tidak eksklusif apalagi tinggi hati.
"Dengan demikian, sebuah kumpulan, komunitas, atau organisasi (bukan ormas) menjadi lebih langgeng keberadaannya dan juga dihargai oleh masyarakat," tulis Kompasianer Budi Susilo.
Sebagai contoh, antaranggota tidak membandingkan kepemilikan anggota lainnya. Lebih jauh, tidak mengecilkan keadaan anggota atau penggiat lainya. (Baca selengkapnya)
3. Menjadi Orang Lain dalam Komunitas?
Hal tersebut bagi Kompasianer Anita Safitri tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi banyak orang yang mengikuti komunitas.
"Apapun komunitas yang sedang Anda tekuni tentunya tidak merenggut bagian penting dari diri Anda yang harusnya bahagia dan tiada keterpaksaan," tulisnya.
Efeknya nanti dalam komunitas bisa saling memberikan support positif terhadap apapun yang mereka lakukan dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka. (Baca selengkapnya)
4. Komunitas, Wadah Melahirkan Pengetahuan dan Pengalaman
Manfaat tersebut, misalnya, ketika kita sudah tergabung dalam komunitas dapat mengasah keterampilan dan kekreativitasan diri kita.
Jadi dalam komunitas tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri kita terhadap sebuah perkumpulan dalam lingkungan sosial.
"Pada saat tergabung dalam komunitas, otomatis akan bertambahnya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman ketika mengikuti segala kegiatan, dan pernak-pernik dalam komunitas," tulisnya. (Baca selengkapnya)
5. Mereka yang Introvert juga Bisa Gabung Komunitas
Para introvert ini, seperti ditulis Kompasianer Himam Miladi, memilih untuk menjauhkan diri dari orang lain.
"Sifat introversi ini juga membuat diriku sering merasa serba salah ketika diundang ikut pertemuan komunitas. Kalau dituruti, khawatir nanti gak bisa menikmati. Mau ikut nimbrung pembicaraan, malas," lanjutnya.
Lantas sebagai manusia, mau introvert atau ekstrovert, memiliki naluri untuk aktualisasi diri hanya saja caranya berbeda. (Baca selengkapnya)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI