Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Sikap Mahasiswa atas Catcalling, Feminisme, hingga Standar Kecantikan?

26 Agustus 2020   19:19 Diperbarui: 28 Agustus 2020   08:48 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu dan anak (Foto: Shutterstock via Kompas.com)

Jika ada yang membedakan gerakan mahasiswa hari ini dengan zaman dulu, barangkali, ada pada media untuk meyampaikannnya.

Pergerakan mahasiswa kini, dengan beragam persoalan, bisa kita nikmati diskursusnya --paling tidak di media sosial.

Para mahasiswa, meski tampak satu arah, mulai berani menyampaikan gagasannya hingga mengampanyekan apa yang menurut mereka penting untuk dipejuangkan.

Barangkali itu juga yang membuat media sosial kini diisi dengan satu masalah ke masalah lainnya; dari satu kasus ke kasus lainnya. Itulah dialektika mahasiswa hari ini.

Dari beragam percakapan antarmahasiswa yang ada di Kompasiana, kami coba rangkum bagaimana sikap hingga pandangan mereka terhadap kasus atau persoalan yang kini terjadi di masyarakat.

1. [Warta Puan] Catcalling (Bukan) Bentuk Pujian untuk Perempuan!

Ilustrasi pelecahan terhadap perempuan. (sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO)
Ilustrasi pelecahan terhadap perempuan. (sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO)
Catcalling itu diartikan sebagai tindakan yang berupa siulan, panggilan, atau komentar yang bersifat seksual dan atau tidak diinginkan dilakukan oleh pria terhadap perempuan.

Sayangnya, menurut Kompasianer Nowie Shahabiyah, pandangan yang sama tidak didapati oleh perempuan yang menjadi korban catcalling ini.

Ya, pada akhirnya perlakuan catcalling justru membuat perempuan merasa diri dan tubuhnya dihina, dilecehkan.

Percayalah, catcalling tidak mengenal relasi pendidikan hingga sosial. Fenomena ini adalah bukti bahwa terjadinya catcalling tidak memiliki relasi dengan tingkat Pendidikan.

"Dalam hemat saya, bahwa masih sering sekali kita temui catcalling ini terjadi di instansi Pendidikan terutama universitas," tulisnya.

Pelaku catcalling, lanjutnya, bisa saja masyarakat dengan Pendidikan rendah ataupun dosen dengan tingkat Pendidikan yang tinggi. (Baca selengkapnya)

2. Feminisme Part 1: Puan yang Merayau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun