Akhirnya musisi Anji Manji melalui akun Instagram @duniamanji, meminta maaf kepada publik karena sudah membuat kegaduhan beberapa hari terakhir.
Anji masih menjadi sorotan publik usai kembali menuai kontroversi terkait perbincangannya dengan Hadi Pranoto.
Tidak hanya itu, dalam wawacara tersebut, Hadi Pranoto juga memperkenalkan dirinya sebagai profesor sekaligus kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19.
Lantas dari wawancara tersebut terdapat sejumlah klaim yang dinilai berlebihan dan pernyataan yang rancu secara medis. Itulah yang akhirnya dikhawatirkan ketika pernyataan dan klaim telanjur diyakini banyak kalangan
Selain kontroversi Anji Manji dan Hadi Pranoto, masih ada konten-konten menarik dan terpopuler lainnya, seperti ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon hingga cerita untuk tidak menunda agar punya rumah.
Inilah 5 konten terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Cara Membedakan Pakar Asli dan Pakar Imitasi
Seseorang boleh saja mengklaim diri sebagai ahli. Apalagi kini banyak orang mungkin mengiklankan diri mereka sebagai ahli, tetapi mereka hanya akan dapat memainkan peran ini ketika orang lain mulai menggunakan keahlian mereka.
Tapi, tulis Kompasianer Himam Miladi, jika tidak ada orang yang pernah membuktikan, atau minimal menyaksikan kinerjanya dan mendapatkan (sebagian) pengetahuan dan nasihatnya, maka ia belum bisa dikatakan seorang ahli.
"Nah, di sinilah letak masalahnya. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa seseorang memiliki penguasaan yang cukup atas suatu keterampilan teknis sehingga kita dapat mempercayai mereka? Bagaimana caranya kita bisa mengakui seseorang itu dapat menjadi pakar?" lanjutnya.
Untuk mempermudah itu, maka Kompasianer Himam Miladi menawarkan cara pendekatan persuasi agar kita bisa membedakan mana pakar asli dan imitasi. (Baca selengkapnya)
2. Kepakaran, dari Warung Kopi ke Ruang Digital
Kompasianer Budi Susilo coba menjelaskan kontroversi yang terjadi oleh Anji Manji dan Hadi Pranoto lewat pengalamannya sejak bekerja sebagai account officer hingga berbisnis.
Dulu, ketika masih bekerja, Kompasianer Budi Susilo merasa bangga atas jabatan yang ia dapatkan. Bahkan, ia merasa berada di posisi istimewa.
Ia mesti memahami siklus usaha nasabah, selain menguasai teknis perkreditan. Keadaan tersebut, tulisnya, memaksanya untuk memelajari beragam jenis usaha bisnis.
Namun, sayangnya, dua dekade setelah ia tidak bekerja sebagai account officer dan memilih berbisnis sendiri, ternyata hasilnya berantakan.
"Rupanya ada tahapan-tahapan yang mesti ditempuh agar seseorang mempunyai pengetahuan mendalam tentang bisnis. Rasanya demikian pula halnya jika mendalami pemahaman atas bidang lainnya --apalagi kemudian layak disebut pakar," tulis Kompasianer Budi Susilo. (Baca selengkapnya)
3. Ledakan Beirut - Lebanon dan Pelajaran bagi yang Sering Ceroboh
Ledakan besar di Beirut, Lebanon disebut karena ribuan ton amonium nitrat. Ratusan orang dikabarkan meninggal dunia dan ribuan orang mengalami luka-luka dalam peristiwa itu.
Presiden Lebanon Michel Aoun, tulis Kompasianer Bobby, mencuit kemarahannya terkait dugaan penyebab ledakan tersebut, yakni akibat kecerobohan dalam menyimpan amonium nitrat sebanyak 2.750 ton selama 6 tahun di sebuah gudang.
Lantas pelajaran apa yang bisa kita dapat atas peristiwa tersebut, khususnya dalam kehidupan sehari-hari?
"Tanpa kita sadari, di sekitar kita, ada benda-benda berbahaya yang patut kita waspadai. Seorang kerabat sahabat saya wafat setelah terjadi ledakan di dapur kala memasak dengan gas elpiji," tulisnya. (Baca selengkapnya)
4. Curhat Tour Guide di Masa Corona, Dari Makan Tabungan hingga Go Virtual
Bagi Kompasianer Ira Latief, pandemi covid-19 ini benar-benar cobaan berat bagi para insan pariwisata. Praktis, lanjutnya sejak ada wabah covid-19 ini semua kegiatan traveling harus disetop.
"Apalagi para tour guide dan tour leader yang selama ini bisa berbangga diri, "Nih kerjaan terbaique, bisa jalan-jalan gratis keliling indonesia, keliling dunia, plus dibayar pula," akhirnya harus dijatuhkan ego sampai ke dasar," tulis Kompasianer Ira Latief.
Tentu gak ada yang bisa menggantikan kenikmatan traveling secara fisik. Wisata dunia maya ini pun tentu beda sensasinya dengan berwisata beneran.
Akan tetapi zaman terus berubah, solusi atas profesinya ini ternyata lewat wisata virtual mulai banyak yang suka dan menerima. (Baca selengkapnya)
5. Sebagaimana Menikah, Jangan Tunda Punya Rumah
Masihkah terjadi kebingungan orang dewasa antara menikah dengan keinginan memiliki rumah sendiri?
Kompasianer Stevan Manihuruk, dengan beragam pertimbangan, memilih untuk terlebih dulu memiliki rumah sendiri dengan cara mencicil lewat fasilitas kredit salah satu bank swasta.
Alasannya, rumah adalah kebutuhan paling mendasar yang harus segera dipenuhi dibandingkan barang-barang lainnya, semisal kendaraan.
"Andaipun oleh berbagai alasan kita belum bisa memiliki rumah sendiri sebelum menikah, minimal harus ada target yang jelas dan pasti. Perencanaan dan target itulah yang memacu dan mendorong kita untuk segera merealisasikannya," tulisnya.
Kemudian, satu tahun memiliki rumah, Kompasianer Stevan Manihuruk memutuskan menikah dan tinggal di rumah yang sama. (Baca selengkapnya)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H