Karyono mengatakan bahwa untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila diperlukan formula yang tepat, dan harus ada metode penyampaian yang disesuaikan dengan dunia digital.
"Misalnya membuat narasi yang bisa dikonsumsi dan mudah dipahami oleh generasi muda, tanpa perlu panjang-panjang dengan teori-teori yang rumit, tetapi bagaimana yang rumit itu disederhanakan, dan dibahasakan dengan bahasa milenial, sehingga esensi atau substansi dari nilai-nilai Pancasila itu lebih mudah dipahami," jelasnya.
Menurutnya, BPIP harus membuat satu modul atau silabus nilai-nilai Pancasila yang dibagi ke beberapa segmen, dengan melakukan riset terlebih dahulu, dan dengan melibatkan masyarakat. Termasuk riset di media sosial untuk melihat konten seperti apakah yang banyak disukai.
Ia berpendapat jika riset ini penting untuk menyusun strategi penanaman nilai-nilai Pancasila untuk kemudian dibuat silabusnya, atau metodenya.
"Secara teknisnya, metode penanaman nilai Pancasila harus berdasarkan segmen, tingkat pendidikan, tingkat sosial, tingkat usia berbeda-beda, jadi sangat penting bagaimana mengemas pancasila itu agar lebih membumi. Pancasila jangan dibuat kaku, jangan dibuat seram, jangan terlalu teoritis dan jangan terlalu filosofis," tegasnya. (LKE)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H