Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terpopuler: Menyoal Sulit ke Jakarta Hanya Gertak Sambal hingga Tafsir Kritik Politis Rocky Gerung

27 Mei 2020   04:50 Diperbarui: 27 Mei 2020   04:56 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doekoen van Kandangan, nabij Loemadjang (1925) | Koleksi KITLV

Masyarakat yang kemarin berhasil mudik tampaknya harus bersiap diri "ditolak" kembali ke Jakarta. Pasalnya, pihak kepolisian serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI telah memastikan bahwa pemudik yang sudah berada di kampung halaman akan sulit kembali ke Jakarta usai Lebaran.

Namun apakah peringatan ini akan efektif atau hanya gertak sambal?

Seperti pendapat Reno Dwiheryana dalam artikelnya bahwa pembatasan penyebaran pandemi akan berhasil bila semua pihak baik pemerintah dan masyarakat saling tegas:

Tanpa ada ketegasan dan tanpa ada komitmen baik aparat kepolisian, Pemprov DKI, dan masyarakat tentunya niscaya larangan kembali ke Jakarta ini akan sulit berhasil secara maksimal.

Selain tentang upaya pemda DKI Jakarta yang memperketat aturan masuk ke dalam wilayahnya, Artikel Kompasianer Khusnul Zaini yang membahas kritikan Rocky Gerung kepada presiden Jokowi tentang berdamai dengan pandemi Covid-19 dalam saluran Youtube-nya, sebenarnya bisa kita ambil sisi positifnya.

Dalam konteks berfikir positif, setidaknya ada dua pesan moral politik Rocky Gerung yang ingin tersampaikan ke publik

Apakah itu?

Inilah 5 daftar artikel populer di Kompasiana kemarin:

1. Tafsir Kritik Politis Rocky Gerung untuk Presiden dan Anies Baswedan

Sumber foto: Youtube/Rocky Gerung
Sumber foto: Youtube/Rocky Gerung
Umumnya publik Indonesia mengenal Rocky Gerung sebagai filosof, akademisi, dan intelektual yang mumpuni. Bahkan, cara mengkritik yang dilakukan kepada presiden, pemerintah, maupun kelompok politik lainnya terkait subyek tertentu, tidak jarang menyelipkan kata dungu dan akal sehat sebagai bagian dari narasi pernyataan politisnya.

Padahal, jika jeli sedikit, bahwa setiap persoalan tidak berdiri sendiri, ada kausalitas yang melatari kejadiannya. Terkait hal ini, tentu ada relevansinya dengan pernyataan politik Presiden, Anies Baswedan, atau para Menteri kepada publik, saat menjawan pertanyaan para kuli tinta. (Baca Selengkapnya)

2. 
Ahli-ahli Nujum dan Kegagalan Medis dalam Pandemi

Doekoen van Kandangan, nabij Loemadjang (1925) | Koleksi KITLV
Doekoen van Kandangan, nabij Loemadjang (1925) | Koleksi KITLV
Alasan kultural tentu menjadi salah satu motor penggerak utama yang mengarahkan populasi kita menuju meja praktik dukun. Bila kita memandang dari kacamata hari ini, kita tentu mengetahui bahwa dukun-dukun mistik tersebut jelas tidak memiliki otoritas medis atau pengetahuan yang benar tentang penyakit. (Baca Selengkapnya)

3. 
Presiden Jokowi di Balik Strategi SunTzu dan Keesaan Tuhan Atasi Covid-19
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sumber: KOMPAS
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sumber: KOMPAS
Hidup adalah paradoks, maka tidak heran pemerintah meminta untuk jaga jarak aman - physical distancing - atau melakukan upaya jaga jarak fisik antar manusia, sehingga yang dihindari bukan hanya kerumunan.

Maka dikeluarkan protokol #diRumahAja untuk work from home sekaligus introspeksi atas pesan moral tersebut dan diminta pula agar masyarakat urban #JanganMudikDulu.

Berdamai bukan berarti menyerah dan lalu pesimis serta bungkam seribu bahasa. Tapi sebuah bentuk pengakuan kepada Tuhan Ymk sebelum bekerja mencari dan memberi solusi. (Baca Selengkapnya)

4. 
Sulit ke Jakarta Pasca-Lebaran, Mungkin Hanya Gertak Sambal

Ilustrasi Mudik Lebaran (ANTARA FOTO/DEDHEZ ANGGARA)
Ilustrasi Mudik Lebaran (ANTARA FOTO/DEDHEZ ANGGARA)
Kalau secara nalar, imbauan larangan mudik ke luar Jakarta kemarin saja ternyata masih kurang efektif walau ada operasi pos-pos jaga guna mengantisipasinya. Maka dengan kata lain probibilitas para pemudik dapat kembali ke Jakarta pun menurut penulis masih sangat besar.

Tindakan tegas aparat yang berjaga semisal meminta pemudik untuk memutar balikkan arah kembali ke kampung halaman mereka pun tidak menjamin dapat mencegah seseorang untuk mencobanya kembali di lain waktu. (Baca Selengkapnya)

5. 
Mendobrak Kiblat Bisnis Perawat di Tengah Corona

Nining (45), salah seorang perawat khusus covid-19 RSUD Soekardjo Tasikmalaya sedang memakai hazmat saat hendak merawat pasien corona di ruang isolasi, Rabu (22/4/2020).(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Nining (45), salah seorang perawat khusus covid-19 RSUD Soekardjo Tasikmalaya sedang memakai hazmat saat hendak merawat pasien corona di ruang isolasi, Rabu (22/4/2020).(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Selama ini masyarakat masih banyak yang awam tentang profesi keperawatan dan perkembangannya. Bahwa perawat bukan pembantu profesi lain, itu juga harus disuarakan. Wajib dikomunikasikan.

Tanpa selling skills yang bagus, perawat tidak mampu mentransfer visi misinya dalam bentuk kemasan "excellent verbal advertisement" atau iklan verbal. (Baca Selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun