Dalam waktu sekejap, pandemi Covid-19 bisa mengubah semua sektor, termasuk pendidikan. Guru/dosen dan siswa/mahasiswa terpaksa melangsungkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh menggunakan video call atau semacamnya.
Di satu sisi metode ini dianggap merepotkan. Namun di sisi lain, teknologi memang sedemikian canggih sehingga mau tak mau, siap tak siap, dunia pendidikan kita harus mengikuti perkembangan itu. Ya sayangnya belum semua didukung dengan infrastruktur yang baik untuk menuju ke sana.
Selain mengenai hal di atas, ada beberapa topik yang menarik banyak perhatian di Kompasiana, salah satunya tentang irasional dan emosionalnya kita dalam membeli barang atau jasa. Terutama di masa Covid-19 ini.
Berikut 5 artikel populer kemarin yang bisa kamu baca-baca lagi dan komentari.
Transformasi Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19
Guru yang bisa, mengajari yang tidak bisa. Guru yang paham memahamkan yang tidak paham. Kesenjangan dan kekurangan di sana sini tentu harus dimaklumi. (selengkapnya)
Kita Memang Pembeli yang Emosional, Covid-19 Membuat Kita Semakin Irasional
(Sumber: pxhere.com)
Kondisi Pandemi Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini tidak serta merta mengubah pandangan dan perilaku kita dalam melakukan pembelian.
Maksud saya, kalau kita pikir dengan adanya Pandemi Covid-19, seharus bisa mengubah kita semua menjadi berpikir lebih rasional saat berbelanja, tapi kenyataannya tidak. Malah Pandemi Covid-19 membuat kita semua makin emosional, makin tidak rasional dalam berbelanja. (selanjutnya)
Percepat Kapasitas Laboratorium untuk Tes Covid-19 Sebelum Makin Terlambat
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sama sekali tidak siap menghadapi serangan Covid-19, terutama dari sisi ketersediaan layanan kesehatan baik jumlah tempat tidur di rumah sakit dan logistik untuk perlindungan diri bagi petugas kesehatan. (selengkapnya)
Sebuah Ironi, Katanya PSBB, Mengapa Mudik Tak Dilarang?
Buat saya itu keputusan aneh dan bertentangan sama sekali dengan PSBB yang keputusannya diambil sehari sebelumnya. PSBB itu salah satunya membatasi pergerakan manusia agar penyebaran virus Covid-19 tak terus meluas. (selengkapnya)
Memaknai Autism Awareness Day, Apakah Dunia Sudah Adil bagi Penyandang Autisme?
Terlepas dari autis yang ia derita, masyarakat perlu paham bahwa mereka sama seperti kita, mereka juga memiliki perasaan. Saya rasa hal sefundamental ini perlu ditanamkan ke dalam sanubari mereka masing-masing. (selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H