Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terpopuler: Transformasi Dunia Pendidikan hingga Kita yang Makin Irasional karena Covid-19

4 April 2020   04:40 Diperbarui: 4 April 2020   04:38 2108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Antara Foto/Dedhez Anggara)

Dalam waktu sekejap, pandemi Covid-19 bisa mengubah semua sektor, termasuk pendidikan. Guru/dosen dan siswa/mahasiswa terpaksa melangsungkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh menggunakan video call atau semacamnya.

Di satu sisi metode ini dianggap merepotkan. Namun di sisi lain, teknologi memang sedemikian canggih sehingga mau tak mau, siap tak siap, dunia pendidikan kita harus mengikuti perkembangan itu. Ya sayangnya belum semua didukung dengan infrastruktur yang baik untuk menuju ke sana.

Selain mengenai hal di atas, ada beberapa topik yang menarik banyak perhatian di Kompasiana, salah satunya tentang irasional dan emosionalnya kita dalam membeli barang atau jasa. Terutama di masa Covid-19 ini.

Berikut 5 artikel populer kemarin yang bisa kamu baca-baca lagi dan komentari.

Transformasi Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

(Sumber: dok. Tanoto Foundation via Kompas.com)
(Sumber: dok. Tanoto Foundation via Kompas.com)
Tak perlu menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab atas situasi saat ini, intinya semua pihak harus bisa saling bantu dan bekerja sama untuk membiasakan metode pembelajaran modern.

Guru yang bisa, mengajari yang tidak bisa. Guru yang paham memahamkan yang tidak paham. Kesenjangan dan kekurangan di sana sini tentu harus dimaklumi. (selengkapnya)

Kita Memang Pembeli yang Emosional, Covid-19 Membuat Kita Semakin Irasional

(Sumber: pxhere.com)
(Sumber: pxhere.com)

Kondisi Pandemi Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini tidak serta merta mengubah pandangan dan perilaku kita dalam melakukan pembelian.

Maksud saya, kalau kita pikir dengan adanya Pandemi Covid-19, seharus bisa mengubah kita semua menjadi berpikir lebih rasional saat berbelanja, tapi kenyataannya tidak. Malah Pandemi Covid-19 membuat kita semua makin emosional, makin tidak rasional dalam berbelanja. (selanjutnya)

Percepat Kapasitas Laboratorium untuk Tes Covid-19 Sebelum Makin Terlambat

(Sumber: Shutterstock via Kompas.com)
(Sumber: Shutterstock via Kompas.com)
China dan Korea Selatan telah membuktikan, dengan kecepatan optimal maka puncak kasus penyebaran Covid-19 telah dapat tercapai dalam 30 hari. Saat ini kedua negara sedang dalam fase penurunan kasus aktif dan kasus baru yang muncul sudah tidak ribuan lagi.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sama sekali tidak siap menghadapi serangan Covid-19, terutama dari sisi ketersediaan layanan kesehatan baik jumlah tempat tidur di rumah sakit dan logistik untuk perlindungan diri bagi petugas kesehatan. (selengkapnya)

Sebuah Ironi, Katanya PSBB, Mengapa Mudik Tak Dilarang?

(Ilustrasi: Kompas/Didie SW)
(Ilustrasi: Kompas/Didie SW)
Keputusan tak melarang mudik itu diputuskan Jokowi, Kamis (02/04/20) dalam rapat terbatas yang khusus membicarakan pengaturan mudik di tengah wabah Covid-19 yang sedang menuju puncak penyebarannya.

Buat saya itu keputusan aneh dan bertentangan sama sekali dengan PSBB yang keputusannya diambil sehari sebelumnya. PSBB itu salah satunya membatasi pergerakan manusia agar penyebaran virus Covid-19 tak terus meluas. (selengkapnya)

Memaknai Autism Awareness Day, Apakah Dunia Sudah Adil bagi Penyandang Autisme?

(Sumber: Shutterstock via Kompas.com)
(Sumber: Shutterstock via Kompas.com)
Adik saya memang penyandang autisme, dan bodohnya saya selalu mengira jika ia tidak memedulikan hal-hal seperti ini. Namun lambat laun saya semakin mengerti, lebih tepatnya saya mencoba untuk memahami apa yang adik saya rasakan. 

Terlepas dari autis yang ia derita, masyarakat perlu paham bahwa mereka sama seperti kita, mereka juga memiliki perasaan. Saya rasa hal sefundamental ini perlu ditanamkan ke dalam sanubari mereka masing-masing. (selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun