Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Terpopuler: Pejuang Kemanusiaan yang Lama Terabaikan hingga Dilema Penghulu KUA di Tengah Corona

20 Maret 2020   06:47 Diperbarui: 20 Maret 2020   08:20 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 tidak melulu menjadi momok. Kali ini, di tengah terpaannya yang cukup luar biasa, bahkan di banyak negara, ia memunculkan sebuah pejuang kemanusiaan yang telah lama hilang.

Pejuang itu hampir lama luput dari dari pembicaraan, terlebih apresiasi dari kita. Dia adalah para perawat di Indonesia.

Merebaknya Covid-19 turut membuat kita waspada di tengah derasnya informasi. Segala macam informasi, baik terpenuhi segala unsur untuk menjadi sebuah kebenaran maupun patut dipertanyakan hadir secara langsung dalam genggaman.

Namun, apalah arti kebenaran tanpa sebuah kebijaksanaan. Dan bukankah lebih baik kita menebar kebaikan di tengah kepanikan seperti hari-hari ini?

Berikut artikel kami rangkumkan artikel terpopuler di Kompasiana, mulai dari pejuang kemanusiaan yang lama terabaikan hingga petugas KUA yang dilema di tengah corona:

Perawat Indonesia, Pejuang Kemanusiaan Garda Depan yang (Telah Lama) Terabaikan

Ilustrasi Tenaga Keperawatan ( Kompas TV.com)
Ilustrasi Tenaga Keperawatan ( Kompas TV.com)
Beban para tugas perawat bisa dikatakan belakangan ini memuncak. Sementara itu, panduan dasar yang jelas tentang prosedur penangan virus di tingkat pelaksanaan juga dianggap masih tidak konsisten.

Di sisi lain, keluhan atas jumlah perawat menyeruak dipertanyakan. Sementara, tak sedikit dari mereka adalah tulang punggung keluarga, baik secara lahir maupun batin.

Lalu salahkah kita mereka sebagai pejuang kemanusiaan? (Simak cerita lengkapnya di sini)

Apakah Kita Harus Tetap Santai Menghadapi Wabah Covid-19?

pemeriksaan suhu badan di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020) (Foto: KOMPAS.COM/WALDA MARISON)
pemeriksaan suhu badan di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020) (Foto: KOMPAS.COM/WALDA MARISON)
Masih banyak orang Indonesia yang tidak teredukasi baik dengan adanya COVID-19 ini dan malah tetap santai melakukan kegiatan berkumpul di luar rumah walaupun sudah ada saran dari presiden Jokowi sendiri untuk melakukan kerja, belajar dan ibadah dari rumah.

Lalu mengapa masyarakat kita terkesan cukup santai menghadapi ini? (Selengkapnya baca di sini)

Dari Guru untuk Orangtua, "Kami Titip Siswa, Tolong Daur Ulang Tata Kramanya"

Guru dan orangtua sudah seharusnya berkolaborasi dalam mewujudkan siswa yang bersahaja dan berkarakter mantap.| Sumber: Getty Images/LuckyBusiness via sittercity.com
Guru dan orangtua sudah seharusnya berkolaborasi dalam mewujudkan siswa yang bersahaja dan berkarakter mantap.| Sumber: Getty Images/LuckyBusiness via sittercity.com
Terus terang saja, hingga saat ini barangkali masih cukup banyak para orangtua yang sekadar ingin anak mereka sekolah dan kemudian menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada guru.

Tapi, tetap saja semangat untuk bersekolah saja tidak cukup. Para orangtua juga memiliki kewajiban menata "keliaran" sikap siswa agar lebih beradab. (Selengkapnya baca di sini)

Kuliah Online karena Covid-19, Mahasiswa: Kampus, Kembalikan UKT Kami!

radickemped.wordpress.com
radickemped.wordpress.com
Beberapa mahasiswa teman kampus saya mengeluhkan dengan adanya kebijakan social distancing. Selain merasa diberatkan dengan sistem yang ada, mahasiswa mau tak mau mengeluarkan biaya lebih.

Dan setelah mendengar kabar bahwa waktu social distancing akan ditambah dari yang awalnya 14 hari akan menjadi 90 hari, yang mana apabila benar diamini 90 hari perkuliahan dilakukan via daring, bukankah seharusnya kampus mengembalikan UKT mahasiswa? (Selengkapnya baca di sini)

Dilema Penghulu KUA Ketika Tidak Lockdown Corona

Penghulu saat menghadiri dan memandu acara akad nikah | Foto: Muis Sunarya
Penghulu saat menghadiri dan memandu acara akad nikah | Foto: Muis Sunarya
Pegawai-pegawai pada KUA harus tetap masuk bekerja di tengah suasana seperti ini. Karena tidak mungkin menyetop pendaftaran dan pelayanan pernikahan untuk beberapa bulan ke depan.

Orang yang mau nikah itu tidak ada liburnya. Selalu ada calon pengantin yang daftar nikah. Bagaimana kalau nikahnya ditunda? (Selengkapnya baca di sini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun