Kembali, kecelakaan terjadi di Tol Purbaleunyi, tepatnya pada KM 91 arah Jakarta. Peristiwa yang terjadi pada Senin (2/9/2019), pukul 12.30 WIB menewaskan 8 orang yang melibatkan 21 kendaraan.
Karena itu merupakan kecelakaan yang pertama kali, terutama pada area Km 90 hingga Km 100, pada akhirnya menimbulkan beberapa spekulasi dari masyarakat.
Ada yang beranggapan, karena sering terjadinya kecelakaan disebabkan jalan yang relatif berkelok dan menurun, permukaan yang tidak rata, hingga licin karena berpasir.
Namun, biar bagaimanapun, disiplin dalam berkendara acapkali terabaikan oleh pengguna jalan itu sendiri. Dan itu fatal.
"Kecelakaan di jalan manapun, apalagi di jalan tol pasti bisa dihindari terjadinya. Dan bila bisa dihindari maka korban jiwa, korban materi kehancuran dan kebakaran kendaraan bisa dihindari," tulis Kompasianer Yupiter Gulo.
Selain kabar mengenai kecelakaan di di Tol Purbaleunyi, masih ada diskusi yang menarik seputar sineas Indonesia, Livi Zheng atas kiprahnya di Hollywood hingga pengalaman mistis yang dialami Kompasianer Aulia Rahman di rumahnya.
Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Urgensi Membangun Budaya Risiko Berlalu Lintas di Tol
Sesungguhnya kecelakaan itu bisa dihindari. Dalam keilmuan Manajemen Risiko, misalnya, kecelakaan di jalan manapun apalagi di jalan tol pasti bisa dihindari terjadinya.
"Dan bila bisa dihindari maka korban jiwa, korban materi kehancuran dan kebakaran kendaraan bisa dihindari," tulis Kompasianer Yupiter Gulo, seperti yang ia sampaikan dalam kelas ketika mengajar.
Sesungguhnya dalam setiap kecelakaan, lanjutnya, Â tabrakan terletak pada manusia yang mengendarai kendaraan itu.
Sebagai contoh, seorang supir itu bukan sekedar menjalankan kendaraan yang dibawanya.
"Tetapi, sebelum dia menyalakan mesin, apalagi hendak mau menginjak pedal gas kendaraannya, harus meyakinkan dirinya tentang banyak hal," lankutnya. (Baca selengkapnya)
2. Presiden "Tersandera" Hasil Pansel Capim KPK, Ini Dasarnya
Secara resmi panitia seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) telah menyodorkan 10 nama kepada Presiden Joko Widodo pada Senin (2/09).
Sederhananya, alur proses pemilihan pimpinan KPK itu melakukan seleksi terhadap Capim KPK untuk diserahkan kepada Presiden.
Selanjutnya Presiden menyerahkan 10 nama kepada DPR untuk dilakukan fit and proper test. Barulah ketika itu dipilih 5 orang dari 10 nama calon pemimpin tersebut.
Namun, tulis Kompasianer Yon Bayu, sejumlah elemen dan tokoh masyarakat agar Presiden Joko Widodo mengoreksi hasil seleksi.
"Jangan sampai DPR menggunakan kewenangan yang dimiliki justru untuk melakukan tawar-menawar meski selama ini banyak anggotanya yang ditangkap KPK," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
3. Pelajaran dari Acara "Persidangan" Livi Zheng
Jika ada satu nama sineas yang tidak sedang mengerjakan proyek film, tapi sedang ramai-ramai diperbincangkan, yaitu Livi Zheng.
Kontroversi atas karyanya yang disebut-sebut masuk Oscar telah memicu reaksi banyak kalangan.
Dalam sebuah acara di mana menghadiri beragam panelis, jawaban-jawaban dari Livi Zheng memperlihatkan kepercayaan diri begitu tinggi.
"Ia tetap memertahankan argumentasinya jika ia diundang oleh panitia Oscar dan bukan mendaftar," tulis Kompasianer Dewi Puspa. (Baca selengkapnya)
4. Benci-Rindu Barang "KW"
Entah karena tuntuntan gaya hidup dan konsumsi, orang-orang mulai mencari barang yang dia inginkan, tapi tidak sanggup secara finansial.
"Penampilan dengan menggunakan barang tertentu, seseorang akan terlihat eksis, mapan dan tentunya prestise," tulis Kompasianer Andry Natawijaya.
Lebih lanjut, jika ditiinjau di berbagai pusat perbelanjaan, barang kw dari mulai tas, pakaian sampai mainan anak-anak akan dengan mudah ditemui.
Oleh karena itu barang-barang KW terkadang menjadi pilihan utama.
Penilaian orang lain terhadap penampilan menjadi suatu kebanggaan tersendiri, lanjut Kompasianer Andry Natawijaya, semisalnya seseorang yang membawa tas kulit bernilai puluhan jutaan rupiah akan merasa bangga dipuji oleh temannya. (Baca selengkapnya)
5. Kata Mama, Dia Sudah Tidak Bisa Masuk Rumah Lagi
Kompasianer Aulia Rahman menceritakan, kalau di rumahnya ditanamkan sebuah kendi.
Menurut informasi yang ia dapatkan dari orangtuanya, kendi tersebut memang sengaja untuk menjaga dari godaan.
"Anak ibu ada yang jagain di kamar, sudah tua, katanya sayang," ingat Kompasianer Aulia Rahman, ketika diceritakan oleh Ustaz yang datang ke rumahnya.
Makhluk halus itu, lanjutnya, pada akhirnya rela pergi. Tapi, beberapa tahun setelah itu, ada kabar bahwa rumah sedang dikelilingi makhluk halus. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H