Pada awalnya sejumlah kelompok organisasi masyarakat (ormas) mendatangi asrama mahasiswa Papua, Jumat (16/08/2019) di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur. Massa memadati halaman depan asrama mahasiswa sejak siang hingga malam hari.
Sebab, sebelumnya tersiar kabarkan bahwa ada mahasiswa Papua di asrama tersebut yang diduga mematahkan tiang bendera Merah Putih dan membuangnya ke selokan.
Juru bicara Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Surabaya Dorlince Iyowau, seperti dikutip dari kompas.com mengatakan, tentara masuk depan asrama disusul lagi Satpol PP lalu merusak semua pagar.
Atas kejadian inilah yang kemudian membuat begitu banyak aksi massa yang terjadi di beberapa wilayah di Papua seperti di Jayapura, Manowari, Sorong, dan beberapa wilayah di Indonesia.
Menanggapi insiden dan protes masyarakat Papua, Presiden Joko Widodo beserta Kapolri Jendral (Pol) Tito Karnavian dengan tegas akan menindak oknum warga dan aparat keamanan yang terlibat.
Tidak hanya itu, dalam pekan ini masih ada artikel menarik lainnya seperti bagaimana warga Palangkaraya menyikapi wacana pemindahan Ibu Kota hingga keluarnya Spider-man dari Marvel Cinematic Univrse (MCU).
Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Merawat "Anak Perdamaian" dari Papua
Insiden yang terjadi di Surabaya, Malang, hingga Papua, menurut Kompasianer  Philip Manurung sebagai kado pahit bagi HUT Republik ini.
"Yang paling disesalkan adalah kemunduran dalam pemulihan kemelekatan (attachment) kita dengan saudara-saudara di kawasan paling Timur tersebut," lanjutnya.
Namun, bila dilihat dari pemahaman psikologis konflik secara general, sebenarnya berawal dari apa yang dilakukan Presiden sampai Gubernur atau Kepala Daerah setempat dengan meminta maaf bisa menjadi langkah awal.
Akan tetapi, tulis Kompasianer  Philip Manurung, permohonan maaf saja tidak cukup.
"Konten itu harus disampaikan dengan konteks yang tepat," tulisnya. (Baca selengkapnya)
2. Delusi Identitas Ideal: Rasisme yang Mewujud Kebencian dan Kekerasan
Proses asimilasi identitas merupakan cara suatu komunitas untuk diterima di komunitas yang lebih besar.
Ketika komunitas kecil itu sudah diterima dengan baik, tulis Kompasianer Azwar Abidin, karakteristik mereka kemudian menjadi bagian dari identitas komunitas besar itu.
Namun, ada yang tak bisa kita elakan: ketika konflik sosial mengemuka, terutama yang melibatkan perebutan sumber daya penopang hidup, korban menjadi tak terhindarkan.
Dan bila konflik tersebut menyulut rasisme, maka itu sudah mengkhianati keberagaman dan kekayaan kultural suatu masyarakat lewat berbagai wajah.
"Paham ini mengingkari dinamisme perkembangan sosial namun mampu bersembunyi di balik topeng kemunafikan," lanjut Kompasianer Azwar Abidin. (Baca selengkapnya)
3. Sebentar Lagi Panggil Saya, "Anak Ibu Kota"
Pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan tampaknya bukan lagi sebatas wacana. Melihat kampung halaman berkembang menjadi sebuah kota besar bukan lagi sekadar impian belaka.
Hal ini dirasakan betul oleh Kompasianer Nosa Wahyu ketika tahu kalau Palangkaraya menjadi satu di antara beberapa opsi pemindahan Ibu Kota.
Tetapi, bila itu benar, Kompasianer Nosa Wahyu mengajukan pertanyaan yang patut pula disimak: apakah mungkin tidak akan lagi melihat hijaunya hamparan hutan menjelang landing di Bandara Tjilik Riwut?
"Apakah mungkin saya tidak akan bisa menikmati lagi lengangnya Jalan Diponegoro tanpa macet dan polusi? Tenang-tenang saja saat musim hujan tiba tanpa khawatir kebanjiran?" tulisnya. (Baca selengkapnya)
4. Air yang Tersia-sia di Pinggiran Kota Gersang
Kekeringan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjadi semakin memprihatinkan.
Kompasianer Agustinus Wahyono menceritakan, sejak hampir satu bulan ini air mengalir pada Senin dan Kamis ke bak besar yang mampu menampung air sebanyak 5.000 liter. Posisinya berada di depan rumah.
Harga air per- 5.000 liter itu adalah 70 ribu rupiah. Tapi harga itu bisa berbeda dengan di kota. Bahkan bisa 20 ribu hingga 50 ribu rupiah.
"Kalau dalam sebuah rumah tinggal sederhana berpenghuni lima orang dengan semua kegiatan dalam satu hari, mereka membutuhkan air bersih sekitar 750 liter," tulisnya.
Dengan begitu, paling tidak, setiap minggu mereka akan memesan 5.000 liter air bersih. Faktanya, di sana dengan 5000 liter air tersebut hanya cukup untuk 5 hari. (Baca selengkapnya)
5. Melepas Spider-Man dari Dekapan Jagat Adisatria Marvel
Apa yang terjadi dengan Sony dan Disney ternyata berefek pada, Marvel Studio. Anak perusahaan dari Disney tersebut berbuntut tidak lagi memroduksi film franchise paling laris: Spider-Man.
Dari pihak Sony merasa aturan kontrak dan pembagian keuntungannya sudah benar sementara Disney meminta alternatif lain. Sedangkan, pihak Disney pun merasa penawaran mereka sudah benar.
Melihat permasalahan tersebut, Kompasianer Yonathan Christanto beranggapan bahwa kesuksesan Spider-Man era baru ini tak lepas dari visi Kevin Feige dan "bantuan" MCU.
Dari lepasnya Spider-Man dari Marvel Cinematic Universe (MCU) ini, Kompasianer Yonathan Christanto memberikan 3 poin yang bisa diperhatian. (Baca selengkapnya)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H