Ada cukup banyak ongkos yang mesti dikeluarkan bagi para legislator untuk bisa duduk di kursi parlemen. Kompasianer Adrian Chandra mengibaratkan, panggung pemilihan layaknya panggung perebutan pengaruh oleh antar calon legislatif.
Tetapi kemudian muncul anomali dari sebegitu mahal biaya yang mesti dikeluarkan mengapa bisa begitu banyak orang yang mencalonkan diri?
"Logikanya ketika ada aksi untuk menggelontorkan dana kampanya yang menurut kalkulasi dan hemat saya bisa lebih besar daripada gaji mereka ketika terpilih menjadi anggota legislatif," tulis Kompasianer Adrian Chandra.
Sebuah bentuk pemborosan yang sangat tidak perlu mengorbankan begitu banyak dana hanya untuk menjadikan kita dikenal dan dipilih oleh konstituen, bahkan ada yang mengatakan ini sebuah risiko finansial yang harus diambil ketika akan menjadi public figure. (Baca selengkapnya)
3. Seksinya Golput: Dirayu, Dihujat, Bahkan Diharamkan
Ternyata Golput itu sangat seksi. Saking seksi dan menariknya, menurut Kompasianer Yupiter Gulo, kini pusat perhatian dari semua orang.
Alih-alih menjadi rebutan para kontestan partai politik, Golput ternyata tidak mudah dibujuk dan dirayu. Kemudian malah membuat banyak orang geram, marah, dan benci.
Golput rupanya memiliki posisi tawar. Bagi Kompasianer Yupiter Gulo golput paham betul siapa dirinya dalam ruangan publik yang tersedia baginya. Golput juga paham secara hukum, Undang-Undang dan peraturan yang berlaku tentang dirinya itu.
"Sebab, golput itu hanya sebuah pilihan yang tersedia bagi sejumlah pemilih yang berhak untuk menggunakan hak pilihnya secara benar atau tidak. Jadi, tidak ada bedanya dengan sikap masyarakat untuk memutuskan mau makan atau tidak makan, mau bersekolah atau tidak mau bersekolah, atau hal-hal lainnya," tulis Kompasianer Yupiter Gulo. (Baca selengkapnya)
4. Mulai Berbayar, MRT Masih Sepi di Jam Sibuk
Sejak 1 April 2019 MRT Jakarta sudah mulai memberlakukan tarif bagi penumpang. Namun, masih ada diskon 50% hingga sebulan penuh.
Saat ini kartu yang bisa digunakan adalah keluaran MRT Jakarta untuk single-trip dan kartu elektronik keluaran bank yang sudah lazim digunakan untuk bayar tol, naik KRL hingga Transjakarta.
Selama dua hari merasakan naik berbayar dan selama dua pekan saya sudah rutin berangkat dan pulang kerja naik MRT Jakarta saat uji coba, Kompasianer Widi Kurniawan merasakan moda ini belum memenuhi ekspektasi jumlah penumpang.