Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Perlu Kita Renungkan di Hari Kemerdekaan

19 Agustus 2018   07:35 Diperbarui: 20 Agustus 2018   03:08 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Ada banyak cara dalam memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yang jatuh saban 17 Agustus. Mulai dari perlombaan hingga memaknai dengan perenungan.

Kemerdekaan sejatinya tidak saja sebatas perginya para penjajah di Tanah Air. Tapi lebih dari itu, ia adalah mewakili keutuhan bernegara dan berbangsa.

Di momen tahun ini setidaknya ada banyak hal-hal yang perlu kita renungkan. Karena perenungan kemerdekaan adalah cara memperingati, atau merayakan, dengan kesadaran paling mendalam.

Kemerdekaan diperingati oleh berbagai usia dengan berbagai cara. Yang muda membuat lomba. Bapak-bapak ikut lomba panjat pinang. Ibu-ibu heboh tarik tambang. Anak-anak lomba balap karung dengan riang. Tua-tua menyusuri jalan sambil mengayuh sepeda ontel kesayangan.

Tetapi tidak pada Yuhina Halmahera, yang masih terbaring di tempat tidurnya tepat di hari momen bersejarah.

Ia ingin sekali mengikuti lomba makan kerupuk, tapi apa daya membayangkan berjalan ke tempat perlombaan malah membuat semakin terpuruk.

Yuhina mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya harus menggunakan kursi roda. Harapan untuk berjalan normal selalu ada, namun membutuhkan waktu satu atau paling lama dua tahun agar kakinya mampu menapak dengan kukuh lagi di tanah.

Kecelakaan itu terjadi beberapa bulan setelah lulusnya Yuhina dari sekolah menengah atas. Yuhina yang lolos seleksi masuk perguruan tinggi harus mendaftar ulang ke perguruan tinggi negeri ternama impiannya. Nahasnya, ketika menyebrang ia ditabrak oleh mobil yang melaju dengan cepat.

Semenjak kecelakaan itu, Yuhina menjadi seorang tunadaksa, penyandang disabilitas fisik. Menjadi penyandang disabilitas mengubah sebagian besar kehidupannya, terutama ketika ingin berjalan.

Ia membutuhkan usaha lebih dan bantuan orang lain hanya untuk berpindah dari kamarnya menuju ruang tamu.

Yuhina beropini, pemerintah masih saja belum mengerti apa arti disabilitas dan masih memandang mereka dengan sebelah mata. Padahal sudah seharusnya pemerintah memperhatikan betul dan menjadi fasilitator yang baik untuk para penyandang disabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun