Mungkin komposisi pemain Piala Eropa cukup untuk membawa Portugal tidak begitu memalukan seperti Piala Dunia sebelumnya. Sudah ada perpaduan antara pemain muda di skuad utama. Joao Mario, Andre Silva, Cancelo dan Ruben Dias bisa menambal sisi-sisi di mana itu diisi oleh pemain berbanding yang jauh lebih senior.
Sebab ini bukan lagi motivasi, namun mesti lebih impresif daripada babak kualifasi --wakil khusus saat Piala Eropa. Sebabnya jelas, karena ini bisa saja gelaran Piala Dunia terakhir bagi Ronaldo.
Lagi pula, Piala Dunia bukanlah tempat yang bersahabat bagi Portugal. Raihan prestisius yang dapat meraka hasilnya hanya peringkat tiga, itupun sudah 50 tahun lalu.
4. JepangÂ
Meski berada dalam Grup H bersama Kolombia, Senegal, dan Polandia membuat peluang Jepang untuk (sekadar) lolos amat terbuka. Dengan pemain seperti Kagawa, Honda, Nagatomo dan Okazaki menjadi modal penting.
Walau mendapat hasil buruk di beberapa pertandingan uji coba, rasa pesimitis itu selalu dibangun oleh pelatihnya, Akira Nashino. Kepercayaan itu muncul karena ia percaya pemain-pemain yang dipanggil telah menunjukan performa baik selama di J-League (Liga domestik Jepang). Liga tersebut dalam beberapa tahun belakangan terus mendominasi kawasan Asia.
Inilah yang membuat Jepang, setiap pertandingan, seakan menonton tim kelas Eropa --level medium.
5. MarokoÂ
Keberhasilan mengelola tim dan kekompakan bermain menjadi kunci sukses itu. Herve Renard telah mampu mengembalikan marwah Maroko sebagai tim yang patut diperhitungkan dari Zona Afrika.
Bagaimana tidak, Piala Dunia 2018 menjadi kali pertama timnas Maroko sejak 20 tahun silam. Herve Renard pun berhak mengklaim pelatih pertama yang memenangkan Piala Afrika dengan negara yang berbeda.