"Mereka menyasar ABG yang mencari jati diri untuk bergabung. Foto dan video tersebut juga digunakan untuk memulai konflik sektarian antara Sunni-Syiah, atau Muslim-nonmuslim. Kebanyakan dari relawan ini berakhir menjadi "pengantin". Perekrut tinggal merekamnya dari jauh. Unggah lalu mencari "pengantin" baru," tandas Suandri.
(Ibs)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!