Atau contoh lainnya bisa dilihat dari cerpen "Negeri dalam Sebuah Botol" yang ditulis Via Mardiana. Dalam cerpen tersebut pembaca dibawa mengunjungi sebuah tempat di mana tidak ada lagi hamparan padi atau ikan di lautan. Via Mardiana membayangkan itu akan terjadi pada  tahun 3018.
Sebuah kisah tragedi memang: bagaimana mungkin masih ada manusia bisa hidup?
Masih dalam imajinasinya, Via Mardhani menjawab itu dengan sebuah kapsul. Di mana untuk sekali makan, bisa cukup bertahan hingga satu tahun.
Imajinasi mempunyai peran penting dalam cerita Via Mardiani ini. Tidak mudah memang, sebab mesti ada aspek lain yang mesti dihidupkan dalam cerita seperti suasana dan visualisasi.
Kesulitan lainnya, bisa dilihat dari cerpen "Negeri dalam Sebuah Botol", yaitu menjaga imajinasi itu: berlompatan antarmasa waktu; hari ini, 3018 dan 4018.
Namun yang kemudian menjadi menarik dari cerpen itu adalah hubungan antarmanusia yang lintas masa waktu. Saling bertanya kabar dan saling mengingatkan. Indah sekali.
***
Ketajaman (dan juga kepekaan) menangkap gerak bahasa yang sampai sekarang belum banyak dilanjutkan penulis kita. Kadang masalah dalam kehidupan manusia itu sendiri dikecilkan oleh perkembangan dan perubahan zaman. Dan sastra, semestinya, tetap hadir, mengikuti setiap langkah manusia, meski dalam cerita.
(HAY)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H