Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Kisah Menarik dari Kompasianer di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah

6 Mei 2018   00:58 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:07 2822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompasianer Erha

Sulawesi Utara , Gorontalo, dan Sulawesi tengah memiliki cerita menarik yang sudah dituliskan beberapa Kompasianer dalam #KabarDariSeberang. Inilah beberapa di antaranya:

Mengobati diri dalam uparara adat Motayok 

Dokumentasi Kompasianer Erha
Dokumentasi Kompasianer Erha
Dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Kompasianer Erha menceritakan pengalamannya berkunjung ke ruman Nenek Sopina yang masih melestarikan upacara adat khas Bolaang Mongondow yang bernama Motayok.

Pemerintah setempat bahkan membantu beliau dengan membangun rumah khusus untuk Nenek Sopina demi terselanggaranya Motayok sebagai bentuk apresiasi.

Motayok berarti membersihkan atau mengobati. Persiapan untuk mengadakan upacara ini pun terbilang lama dan rumit. Menariknya, Nenek Sopina adalah satu-satunya orang yang masih melangsungkan upacara adat ini.

Kepercayaan semacam ini ternyata sudah eksis sejak berabad-abad yang lalu di Bolaang Mongondow. Meskipun Nenek Sopina adalah seorang muslimah, Ia tetap percaya bahwa ada kebaikan yang datang dari upacara Motayok ini. Inspiratif sekali ya!

Menikmati indahnya Pulau Nipa dan Pulau Marampit

Dokumentasi Kompasianer Vita Priyambada
Dokumentasi Kompasianer Vita Priyambada
Kompasianer Vita Priyambada juga punya cerita menarik saat perjalanan dinasnya ke Sulawesi Utara. Tak tanggung-tanggung, Ia menuliskan pengalamannya menaiki kapal Perintis Pelni hingga mengunjungi Pulau Nipa dan Pulau Marampit.

Berlayar dengan kapal perintis sangat menarik karena bisa melihat tiap pelabuhan di laut Sulawesi.

Di antaranya Siau, Tagulandang, Kahakitang, Pulau Sangihe, Pulau Kabaruan, Pulau Salebabu, Pulau Karakelang, Pulau Karatung, Pulau Marampit, Pulau Kakorotan, Pulau Miangas, Pulau Kawio, Pulau Kawaluso, dan Pulau Marore. Pemandangan di sana juga begitu bagus.

Saat tiba di Pulau Nipa, suasana de javu datang karena Kompasianer Vita pernah tinggal di Soroako, Sulawesi Selatan. Namun suasana Pulau Nipa begitu membius mata karena ini merupakan pengalaman pertamanya berkunjung ke pantai yang terletak di Kabupaten Sangir, Sulawesi Utara ini.

Untuk menuju ke Pulau Nipa membutuhkan waktu sekitar 2 hari menggunakan kapal angkutan barang. Wah lama juga ya! Ia pun sampai di sana meski kondisi ombak yang tinggi serta cuaca yang kurang bersahabat dalam perjalanan.

Sedangkan untuk menuju Pulau Marampit, bisa menggunakan pesawat dari Manado lalu dilanjutkan dengan perjalanan laut selama satu hari. Pulau ini adalah salah satu pulau terluar di Indonesia akrena berbatasan langsung dengan Filipina.

Pulau Nipa memiliki situasi yang menarik. Ada satu masjid dan satu gereja yang berdiri kokoh berdampingan. Para warga setempat pun tetap hidup rukun dan damai. Beberapa orang Filipina juga ada yang tinggal di sana.

Dokumentasi Kompasianer Vita Priyambada
Dokumentasi Kompasianer Vita Priyambada
Ditambah lagi makanan tradisional di sana yang menggugah selera, Namanya Lowe. Lowe adalah makanan khas dari tepung sagu yang dimasak tanpa minyak, lalu disuguhkan bersama ikan bakar serta sambal dabu-dabu. Lowe disajikan di atas balai bambu menjelang senja. Begitu nikmatnya suasana di sana.

Pesona Kopi Pinogu di Gorontalo

Foto: Lintaskopi.com
Foto: Lintaskopi.com
Kompasianer Falmi secara spesifik membahas betapa khasnya kopi dari Gorontalo, namanya Kopi Pinogu. Bahkan, Dinas setempat menyediakan lahan seluas 25 Hektar untuk ditanami Kopi khas Gorontalo ini sehingga membuatnya semakin kesohor.

Kopi Pinogu sendiri dinamakan sesuai daerah asalnya, sebuah Kecamatan bernama Pinogu di Gorontalo. Pinogu berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Kopi Pinogu dianggap unggul karena lahir dari jenis yang langka, yaitu jenis Liberica.

Kopi jenis Liberica datang ke Indonesia mengganti kopi jenis Arabika yang pada masanya mengalami gagal tanam. Karena terserang karat daun, Kopi Liberica pun juga sempat tergantikan dengan Kopi Robusta . Namun ketiganya tetap memiliki keunggulan rasa masing-masing.

Inilah yang membuat Sulawesi begitu layak untuk dikunjungi. Karena selain adat dan tradisinya, masih banyak pesona lain yang belum diketahui warga Ibu Kota.

Kabarkan kisah dari daerahmu lewat #KabarDarSeberang Kompasiana
Kabarkan kisah dari daerahmu lewat #KabarDarSeberang Kompasiana
Bagaimana dengan daerah lainnya, Kompasianer? Ayo tuliskan dalam topik pilihan spesial #KabarDariSeberang dan kabarkan hal-hal yang menarik dan inspiratif dari daerah Anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun