Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lima Cerita Menarik Perayaan Nyepi di Indonesia

26 Maret 2018   21:05 Diperbarui: 27 Maret 2018   12:26 1836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 yang jatuh pada Sabtu (17/3/2018). Ibadah pengendalian diri ini bertujuan untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit atau alam manusia dan Bhuana Agung atau alam semesta.

Pada Hari Raya Nyepi ini, umat Hindu diharuskan untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian. Di antaranya Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (pantang berpergian), Amati Lelanguan (pantang menikmati hiburan), dan Amati Geni (pantang menyalakan api). Selain umat Hindu, perayaan ini menarik perhatian orang banyak, khususnya para wisatawan dan umat beragama lain.

Di Indonesia perayaan Nyepi tahun 2018 memiliki banyak cerita, salah satu yang mendapat sorotan adalah permohonan untuk mematikan koneksi internet di Bali. Untuk pertama kali sejumlah elemen masyarakat Bali meminta operator penyedia jasa layanan telepon seluler mematikan layanan internet.

Selain tentang matinya akses internet saat Nyepi di Bali, berikut ragam cerita menarik saat perayaan Nyepi di Indonesia:

1. Nyepi Tanpa Internet? Bisa Kok

tribunnews.com
tribunnews.com
Permohonan tanpa internet saat Nyepi ternyata berawal dari perilaku warga yang tidak bertanggung jawab. Menurut Kompasianer Himam Miladi, pada tahun-tahun sebelumnya, saat Nyepi tiba banyak warga yang mengunggah foto-foto suasana Nyepi di lingkungan sekitar mereka. Padahal, Nyepi adalah masa dimana warga Hindu diharapkan bisa tenang dan khusyuk dalam melakukan Catur Brata Penyepian.

Meski sempat menuai pro dan kontra, merayakan Nyepi tanpa internet adalah hal yang biasa. Justru dengan ketiadaan internet ini, masyarakat yang tinggal di Bali bisa merasakan suasana Nyepi dengan sesungguhnya. Heningnya lingkungan sekitar, gelapnya malam dengan kerlip bintang yang berhamburan, tidak akan bisa didapatkan di tempat lain kecuali di Bali saat Nyepi.

Selengkapnya

2. Sekali dalam Sejarah, Perayaan Saraswati Tanggalnya Bersamaan dengan Perayaan Nyepi

paket-nyepi-di-aston-denpasar-20180215-010240-5ab89221caf7db381f0778c2.jpg
paket-nyepi-di-aston-denpasar-20180215-010240-5ab89221caf7db381f0778c2.jpg
Tak banyak yang tahu bahwa perayaan Nyepi tahun in sangatlah istimewa. Pertama kali dalam sejarah, Perayaan Saraswati jatuh tanggalnya bersamaan dengan Perayaan Nyepi.

Saraswati adalah perayaan datangnya ilmu pengetahuan, dirayakan setiap 6 bulan sekali. Berbeda dengan Nyepi yang dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka jatuh pada bulan Maret di saat "bulan mati" atau bulan tidak nampak di langit.

Selengkapnya

3. Pengendalian Diri saat Nyepi, Hendaknya Dimulai dari Diri Sendiri

kompas.com
kompas.com
Untuk menghormati umat Hindu dalam merayakan Nyepi, pemerintah membuat berbagai aturan agar ibadah Nyepi dapat dilaksanakan dengan khusyuk. Namun dalam Nyepi, sebenarnya tidak perlu menunggu aturan pemerintah agar dapat beribadah dengan khusyuk. Menurut Kompasianer Putu Devi, esensi dasar dari Nyepi sesungguhnya adalah pengendalian diri, bukan dari faktor luar.

Jika dilihat dari filosofinya, Nyepi memberikan kita (dan bumi) kesempatan untuk satu hari saja terlepas dari hiruk pikuk keduniawian. Meredamkan amarah, hawa nafsu, serta emosi yang ada pada jiwa. Seperti kisah Arjuna dalam pewayangan Mahabarata saat diasingkan di hutan. Arjuna yang diganggu oleh tujuh bidadari, tapi tetap bisa mengendalikan dirinya dan bermeditasi dengan sempurna.

Selengkapnya

4. Nyepi 2018, Meriahnya Festival Ogoh-ogoh di Jakarta

kompas.com
kompas.com
Di Bali, sebelum hari raya Nyepi dimulai, biasanya akan diadakan pawai Ogoh-ogoh berupa patung raksasa yang dipanggul banyak orang. Tradisi Ogoh-Ogoh sejatinya merupakan karya seni patung yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala yang merupakan makhluk mitologi Bali. Kini kemeriahan pawai Ogoh-ogoh juga ada di Jakarta, tepatnya dalam Festival Ogoh-ogoh di pantai Lagoon Ancol.

Kompasianer Irmina Gultom membagikan pengalamannya melihat pawai Ogoh-ogoh di Jakarta. Dikemas menarik seperti daerah asalnya, pertunjukkan Ogoh-ogoh menampilkan tari-tarian yang dibawakan oleh para penari Bali sambil diiringi oleh musik tradisional Bali. Sebagai isi acara, disertakan pula cerita Tirta Amertha (air suci) yang kabarnya dapat membuat orang yang meminumnya memperoleh hidup abadi.

Selengkapnya

5. Nyepi di Lombok Hadirkan Ritual Budaya dan Tradisi

tribunnews.com
tribunnews.com
Di Lombok, dua momen paling ditunggu dari perayaan tahun baru umat Hindu ini, yaitu Pawai Ogoh-ogoh dan Perang Api (Bobok). Kompasianer Muslifa Aseani membagikan pengalamannya menyaksikan langsung ghirah para warga Hindu di Lombok saat Nyepi.

Masyarakat Lombok mengusung berbagai patung Ogoh-ogoh berbagai ukuran dan bentuk. Terdapat sekitar 80-an lebih Ogoh-ogoh (patung raksasa) yang meramaikan pawai. Selain patung, ada pula barisan penari Bali cantik dengan pakaian yang berwarna-warni.

Selengkapnya
(Lbt/ibs)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun