Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merayakan Hari "Down Syndrome" dengan Riang dan Suka Cita

25 Maret 2018   11:50 Diperbarui: 25 Maret 2018   17:14 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para ADS tengah membuat craft dari bahan kertas dan lem. (Kompasiana/hay)

Namun yang jauh lebih menarik adalah kerika Stephanie diminta membawa obor Olimpiade tahun 2012 di Inggris.

"Untuk latihan membawa obor saja sangat sulit. Dari pagi sampai sore," lanjutnya, begitu setiap harinya sampai ia benar-benar bisa.

Sebelum menutup cerita pengalamannya, Drs. Mustafa Musa, M.Pd., pun ingat satu peristiwa yang tidak akan dilupakan. Jadi, satu waktu ada anak asuhnya di SOINA yang tersesat pulang. ADS tersebut hilang selama 21 hari sampai akhirnya bisa pulang. Yang membuatnya takjub adalah, ketika ia hilang tersebut tidaklah menutup diri.

"Kepada polisi, kepada masyarakat, ia bertanya jalan pulang hingga ia bisa kembali," kenangnya.

ADS memang berbeda dengan anak pada umumnya. Namun, kegigihannya dalam menerima dan belajar, sama seperti anak lainnya. Psikolog Dra. Annie Lutfia menganalogikannya dengan baik: bahwa mereka (ADS, maksudnya) itu seperti telur.

Bayangkanlah telur. Telur memiliki potensi dan kekuatan. Di balik kulit yang keras, terdapat hal di dalam yang bisa dikembangkan. Telur bisa kita jadikan apa saja, bukan?

"Ada 4, paling tidak, potensi yang bisa didekatkan kepada ADS ini," ujar Dra. Annie Lutfia. Di antaranya: musikal, kecenderungan mereka menyukai hal-hal seperti lagu dan/atau memainkan alat musik; Spasial, minat terhadap seni menggambar atau melukis; Kinestik, kesukaannya pada gerak/seni tari; dan yang terakhir, Naturalis, minatnya pada binatang atau alam.

Dari keempat aspek tersebut, banyak di antara ADS yang menekuni bidang musik. Dan, pada kesempatan yang sama Dian HP musisi yang peduli pada pendidikan ADS pun punya pengalaman sendiri dalam menangani dan mendampingi mereka untuk mengasah bakat pada bidang musik. Anak-anak DS ini, kata Dian HP, suka sekali mendengar irama ketukan yang beraturan. Yang menarik adalah melihat respon mereka terhadap irama tersebut.

"Baru kemarin ketika audisi (Hari Down Syndrome 2018) saya bersama anak-anak DS lain tengah berada di belakang panggung. Di depan, ada seorang peserta yang memainkan drum (cover) lagu 'We Will Rock You' dengan suara yang keras," kata Dian HP, seraya menceritakan bagaimana ADS memainkan. Tanpa ia sadari, para peserta lain yang tengah menunggu di belakang panggung menirukan ragam reaksi atas tabuhan drum tersebut.

"Ada yang ikut memeragakan seakan ia sedang main drum, ada yang menirukan seperti vokalis lagu tersebut, dan banyak lagi," lanjutnya. Jadi di belakang panggung pun tidak kalah ramai, lanjutnya.

Dian HP memang sudah lama concern terhadap ADS ini. Awal pertemuannya dengan ADS adalah ketika bertemu dengan temannya, yang kebetulan, memiliki anak dengan down syndrome pada usia 4 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun