Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kiat Sukses Membuat Kontroversi dalam Karya Fiksi

9 April 2018   16:05 Diperbarui: 19 Juli 2018   21:53 3563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kreatif kita sering mendengarnya dengan istilah Magic of Three, yaitu cara di mana kita mengotakan sudut pandang. Ketiga bagian itu biasanya terbagi menjadi Narrator POV (orang yang tidak terlibat secara langsung), Self POV (memersepsikan orang lain terlibat secara langsung), dan Character POV (memersepsikan hal-hal sebagai orang atau benda).

Tidak mudah memang merangkai ketiga bagian itu secara langsung. Namun, sadar-atau-tidak dalam menulis sebuah cerita, ketiga hal tersebut hadir. Sebab, jika satu saja tidak ada, sebuah cerita menjadi "kering".

Melihat bagaimana Dan Brown melakukan itu, tentu tidak bisa dilepaskan akan tulisan pertama yang ia buat. Semasa sekolah, tulisan pertamanya adalah sebuah esai panjang tentamg Grand Canyon. Dengan lihai, tentu saja, Dan Brown menulis secara indah: menggambarkan warna-warna lembut dan celah-celah kecil pada batu kapur.

Namun, yang kemudian terjadi adalah esai panjangnya itu dicoret-coret oleh gurunya dengan tinta merah. Dicoret sampai 90 porsen tulisannya. Dan Brown mendapat nilai C-minus dengan kalimat manis yang ditinggalkan gurunya: lebih sederhana lebih baik.

Dan Brown pun akhirnya melakukan itu ketika mengerjakan "The Da Vinci Code" yang fenomenal itu.

Mungkin, katanya, kesuksesannya dalam bercerita adalah penggunaan sewenang-wenang pada tombol "delete" di komputernya. Ia mulai mengurangi ragam kata-kata sifat dalam tulisannya.

Memangkas kata sifat dan menggantinya dengan menguatkan alur, cerita dan karakter. Magic of Three tadi, maksudnya. Kita pun akan merasakan hal serupa pada cerpen "Tiga Cerita Satu Malam" yang dibuat oleh Sapta Arif.

Sapta Arif mencoba menggabungkan ketiga bagian ceritanya dengan saling mengaitkan antara satu dengan lainnya. Caranya, seperti bagaimana dengan apa yang Dan Brown lakukan: memanfaatnya narator mendominasi cerita. Dengan begitu, tentu saja, dapat meminimalisasi kata sifat yang hadir melalaui setiap karakter.

(Hay)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun