Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kiat Sukses Membuat Kontroversi dalam Karya Fiksi

9 April 2018   16:05 Diperbarui: 19 Juli 2018   21:53 3563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan dalam satu wawancaranya Dan Brown mengatakan, "Aku bekerja mati-matian dalam menulis buku ini --The Da Vinci Code, maksudnya-- dan aku tidak terkejut melihat orang-orang menikmatinya."

Tapi, yang membuat Dan Brown kagum adalah bahwa benar-benar tidak menyangka orang sebanyak itu (jika dihitung dari angka penjualan bukunya sampai 200 juta kopi di seluruh dunia) bisa menikmati karyanya.

Tentu selalu ada yang menanggapi karya-karya Dan Brown lewat surel. Namun, itu setelah 2-3 tahun buku tersebut terbit. Dan, dalam waktu yang bersamaan, kerapa kali Dan Brown sedang mengerjakan novel berikutnya. Sehingga, bukan abai, fokusnya lebih tertuju pada buku yang sedang dibuat.

Bukan semangat, melainkan... kepercayaan dalam apa yang diperbuat. Meski lebih sering gagal, tapi selalu ada yang dipertaruhkan, yang lebih besar dari karyanya: (ke)hidup(an)nya sendiri.

***

"Aku bekerja mati-matian dalam menulis buku ini --The Da Vinci Code, maksudnya-- dan aku tidak terkejut melihat orang-orang menikmatinya." -- Dan Brown

Sudah membaca cerpen "Retakan dan Keinginan-keinginan di Atas Meja Makan" yang ditulis Sanad? Jika belum, cobalah sejenak selesaikan cerpen tersebut dan ada beberapa bagian yang menarik di sana. Semisal: obrolan di meja makan yang kini, barangkali, jarang kita rasakan kehatannya

Upaya yang dibangun oleh Sanad dalam cerpennya tersebut, mungkin saja, ingin mengingatkan kita apa yang pernah dan akan terjadi ketika obrolan di meja makan itu. Dengan latar pembunuhan, membuat kisah tersebut hadir dalam banyak layer.

Dari cerita tersebut juga Saand mencoba mendedah motif. Dalam hal ini: pembunuhan. Kita acap kali melihat pembunuhan sebagai tindak kriminal semata. Sedangkan, yang kadang abai dari peristiwa pembunuhan itu adalah motifnya. Kita mungkin tahu sebabnya, tapi kadang kita membiarkan latarnya. Latar tersebut yang disajikan Sanad dalam cerpennya "Retakan dan Keinginan-keinginan di Atas Meja Makan".

Cerita panjang yang sebuah motif, barangkali, hanya terjadi dalam sebuah peristiwa. Bahkan diksi yang digunakan Sanad sedikit bersayap untuk menggambarkan keinginannya membunuh: Masa pemimpin hanya tau mendatangkan pekerja dari luar, barangkali dipikirnya saya tidak bisa lagi bekerja dan berguna untuk dia.

Lahir pertentangan. Karena memang itulah yang dicari dan diharapkan. Jika tidak oleh banyak orang, paling tidak oleh kita sendiri --dengan pikiran. Bagaimana mungkin (1) di hadapan polisi ia bercerita tentang rencana pembunuhan itu yang sudah dirancang bertahun-tahun di kepalanya. Dan, (2) mengambil data empiris dengan mengaitkan perasaan perempuan dengan lagu-lagu yang mewakili suara perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun