Maksudnya, jika memang tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu, Dr. Samuel menganjurkan untuk menguranginya.Â
Sebab, bagimana mungkin, bagi sebagian orang, ujar Johan Irvandi, harga mi instan selain murah (kita tahu mi instan harganya sangat manusiawi), mi instan juga tidak butuh interval waktu yang lama untuk dimasak. Ahzeg, "interval waktu" katanya.
Kami juga sempat membuat polling lewat Twitter. Sebab, setelah perdebatan cara makan bubur ayam diaduk atau tidak, kini muncul kembali perdebatan antara mi instan campur nasi atau tanpa nasi? Hasilnya cukup berimbang. Pedahal, di antara itu, bukankah lebih enak kalau dibikinin? (hay)
Silakeun berpendapat dan tentukan sikap: kalian termasuk #MiCampurNasi atau #MiTanpaNasi. https://t.co/9daZPH9csTpic.twitter.com/KjTkylUMeQ— Beyond Blogging (@kompasiana) January 7, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H