Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari "Manusia Gerobak" hingga Bahaya "Misuh" di Facebook

13 Desember 2017   18:18 Diperbarui: 13 Desember 2017   23:16 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Desa wisata Sembalun, Lombok Timur NTB menanam bawang putih (Dokumentasi Pribadi)

Tak pernah sedikitpun Iman bercita-cita menjadi "manusia gerobak". Namun kondisi perekonomian memaksanya melakoni kegiatan ini. Iman merupakan warga Cibinong yang rela tidur di gerobak beratapkan langit Ibu Kota. Ketimpangan pembangunan kota serta kebiasaan buruk warga Jakarta membuat orang-orang tak beruntung seperti Iman melakukan kegiatan ini.

Selain artikel soal "manusia gerobak", artikel pilihan hari ini juga memaparkan soal eksploitasi lahan di daerah yang berimbas pada kehidupan petani dan warga lokal pada umumnya. Tak jarang, praktik pembebasan lahannya tidak transparan. 

Selanjutnya ada artikel soal penjual bambu di Bali yang harus memutar otak memperdagangkan barang dagangannya agar dapur tetap ngebul. keempat, ada artikel terkait berita hoaks tentang obat dan terakhir, artikel dengan tema bahaya laten "misuh" di Facebook. Berikut, lima artikel pilihan hari ini.

1. Manusia Gerobak, Sisi Muram di Balik Gemerlap Jakarta

Foto: Tribunnews.com
Foto: Tribunnews.com
Hujan membasahi jalanan Jakarta tapi tak menyurutkan niat Iman (38) mencari nafkah bersama gerobaknya. Iman adalah "manusia gerobak" asal Cibinong. Faktor ekonomi memaksanya memutar otak dan mengadu nasib di Ibu Kota.

Jumlah "manusia gerobak" di Jakarta merupakan imbas dari begitu mudahnya masyarakat memberi sedekah pada "warga penghuni jalanan". Selain itu, budaya malas bekerja masih melekat pada diri "manusia gerobak".

Selain itu, masalah ketimpangan pebangunan kota-kota di Indonesia memperparah persoalan. Kondisi tersebut membuat warga dari kota penyangga datang mengadu nasib, walaupun mereka tidak dibekali dengan keterampilan khusus sebelumnya.

Ada pergolakan batin di diri Imam. Secara tersirat ia tak ingin melakukan pekerjaan ini, tapi harus dilakukan agar perut tetap kenyang. Setidaknya pekerjaan ini lebih bermartabat ketimbang menjadi copet.

Selengkapnya.

2. Eksploitasi lahan Atas Nama Pembangunan

Petani Desa wisata Sembalun, Lombok Timur NTB menanam bawang putih (Dokumentasi Pribadi)
Petani Desa wisata Sembalun, Lombok Timur NTB menanam bawang putih (Dokumentasi Pribadi)
Pembangunan memiliki implikasi pada luas tanah yang dicaplok serta alih fungsi sebuah kawasan. Pembangunan juga menjadi dalih penguasa khususnya di daerah untuk mendirikan bangunan ataupun industrialisasi, padahal pekerjaan masyarakat di daerah sebagian besar adalah pertanian.

Sering kali alih fungsi lahan ini menjadi ladang kecurangan oknum. Lagi-lagi masyarakat menjadi korban dari apa yang disebut "pembangunan". Dalam sejarahnya, alih fungsi lahan membuat gesekan antara pemerintah dan rakyat.

Bagaimana menyelesaikan dilema ini? simak ulasan lengkapnya pada tautan di bawah ini.

Selengkapnya.

3. Akali Sepinya Orderan di Bali, Darno Jual Bambunya ke Banyuangi

Darno dengan petung hasil tebasannya di Penebel Tabanan. Petung laku keras untuk rangka mobil hias aneka festival di Banyuwangi. (Dokumentasi Wayan Budiartha)
Darno dengan petung hasil tebasannya di Penebel Tabanan. Petung laku keras untuk rangka mobil hias aneka festival di Banyuwangi. (Dokumentasi Wayan Budiartha)
Sampai saat ini, erupsi Gunung Agung masih terjadi, menyebabkan perekonomian warga Bali terganggu. Darno salah satu penjual bambu petung tak hilang akal. Ia menjual baerang dagangannya ke Banyuangi, kota yang kerap membuat festival guna menarik wisatawan.

Darno mengaku bahwa penjualan bambunya lebih tinggi karena biasanya ia menjual bambu petung Rp. 5000 per potong kepada pengrajin mebel, tapi di Banyuwangi, harganya melonjak menjadi Rp. 7000 per potongnya. Pria tersebut juga menuturkan bahwa bambu petung menyukai tanah gembur dan tidak langsung terpapar sinar matahari.

Bagaimana kisah selengkapnya? Silakan buka tautan di bawah ini.

Selengkapnya.

4. Hoaks, Parasetamol yang Mengandung Machupo Virus

Sumber: altnews.in
Sumber: altnews.in
Informasi tentang parasetamol mengandung Machupo virus didapat dari sebaran di Blackberry Mesenggerdan ketika mencari informasi ini lewat mesin pencari di internet, berita ini dibuat-buat. Virus ini awalnya ditemukan di Amerika Selatan (Panama dan Bolivia). Namun kasus infeksi virus terseebut hanya terjadi di Amerika Serikat.

Informasi bombastis dan menyebabkan keresahan di masyarakat memang sering terjadi. Ada baiknya, masyarakat tidak serta merta mempercayai sebuah informasi yang belum tentu keakuratannya.

Simak ulasan lengkapnya pada tautan di bawah ini.

Selengkapnya.

5. Jangan "Misuh" di Facebook

Ilustrasi: Shutterstock
Ilustrasi: Shutterstock
Jejaring pertemanan Facebook bisa membuat penggunanya misuh atau marah karena lima faktor. Pertama, ketika media sosial ini menampilkan kenangan yang tak ingin Anda lihat kembali. Kedua, ingatan pernah memberi komentar dengan umpatan misuh.

Tiga, ketika misuh aktu itu sedang melajang dan postingan tersebut terlihat oleh calon mertua Anda.  Ini satu situasi gawat, bisa jadi piring melayang berkat postingan tersebut, bisa jadi pernikahan di ujung mata gagal.

Keempat, ketika Anda akan naik pangkat biasanya atasan mencoba mendalami pribadi Anda. Jika ia menemukan status ketika anda sedang misuh, karir anda bisa kelar. Bagaimana kemungkinan kelima? Simak ulasan lengkapnya pada tautan di bawah ini.

Selengkapnya

(LUK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun