Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tentang Ketertarikan Manusia pada Hal Negatif Hingga Polemik Promosi Rabbani

29 November 2017   21:40 Diperbarui: 30 November 2017   02:37 2178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial zaman sekarang tidak hanya digunakan untuk mempublikasi status atau gambar, tetapi juga dipenuhi dengan ulasan, komentar, opini, dan lain-lain yang sering menjadi viral. Terdapat beberapa alasan mengapa manusia lebih tertarik dan menaruh perhatian pada hal-hal yang negatif ketimbang hal positif. Apa saja alasannya? 

Ulasan tersebut termasuk ke dalam artikel pilihan Kompasiana. Selain ini, terdapat artikel mengenai melihat filepribadi karyawan, hidup tanpa nge-mal, iklan kerudung Rabbani yang "menyerang" Rina Nose beberapa hari yang lalu, dan budaya mabuk di Inggris. Berikut lima artikel pilihan Kompasiana hari ini.

1. Mengapa Manusia Lebih Tertarik pada Hal Negatif?

Media sosial zaman sekarang tidak hanya digunakan untuk memposting sebuah status atau gambar, tetapi juga dipenuhi dengan ulasan, komentar, opini, dan lain-lain yang sering menjadi viral. Walaupun ada dua sisi yang ditampilkan yakni sisi negatif dan positif, tetapi seringnya sisi negatif lebih cepat terkenal dan disukai khalayak umum.

Apalagi berbagai ulasan yang viral tersebut berasal dari public figure, biasanya ini menjadi jauh berkali lipat lebih viral dan dibagikan sampai puluhan ribu oleh warganet. Tak jarang juga ini disertai dengan berbagai komentar yang sifatnya negatif. Lantas, mengapa kita manusia lebih suka pada sesuatu yang bersifat negatif?

Selengkapnya

2. Bolehkah Melihat "File" Pribadi Karyawan?

Ilustrasi. Techterra
Ilustrasi. Techterra
Untuk beberapa situasi di suatu perusahaan, file karyawan memang harus diperlakukan sebagai catatan pribadi bagi karyawan yang bersangkutan. File ini berisi informasi yang sangat pribadi seperti evaluasi kinerja, tingkat gaji, dan laporan pribadi.

File ini tentu tidak secara umum dibuka aksesnya untuk siapapun. Namun, beberapa karyawan memiliki hak untuk melihat informasi pribadi. Misalnya bagian HRD yang harus mengetahui apa yang bisa ditawarkan pada karyawan yang baru masuk untuk menggantikan seseorang. Sampai sejauh mana informasi pribadi karyawan ini bisa dilihat?

Selengkapnya

3. Hidup Tanpa Mal, Kenapa Tidak?

Taman kota. Sumber: Dokumentasi penulis (Hasto)
Taman kota. Sumber: Dokumentasi penulis (Hasto)
Masyarakat Jakarta pastinya tidak asing "bergaul" di mal. Lebih dari 200 mal mengepung Jakarta dan "memanjakan" rakyatnya. Namun, di sisi lain, mal di Indonesia seperti sebagai puncak kesia-siaan hidup modern kita. Mal adalah oase bagi sebagian besar kita yang tak tahu mau ke mana lagi setelah menghabiskan waktu untuk bekerja.

Karena mal bukanlah sebagai tempat untuk bertransaksi dan memenuhi kebutuhan hidup kita, tetapi saat ini mal sudah menjadi tempat kita mematut diri atas tren dan tata cara hidup "semestinya" di zaman sekarang. Lalu, ke manakah sebaiknya tempat kita menghabiskan waktu untuk berlibur?

Selengkapnya

4. Rabbani Ingin Merangkul, tetapi dengan Cara Memukul

Sumber gambar: Tribun Jabar | PUTRI PUSPITA NILAWATI
Sumber gambar: Tribun Jabar | PUTRI PUSPITA NILAWATI
Dalam beberapa hari terakhir, viral sebuah postingan iklan merk kerudung Rabbani yang memancing reaksi ribuan warganet di media sosial. Format iklan tersebut menggunakan bahasa yang cenderung "sopan" dan santai, berusaha mengajak Rina "mengobrol".

Selayaknya Rabbani memakai ruang publik untuk posting iklan, pembaca juga boleh bebas menilai sesuai interpretasi masing-masing. Sejatinya kalimat tersebut bias, dan seperti merangkul (tapi) memukul. Terlalu subjektif.

Jika ini murni karena sikap peduli dari Rabbani dan bukan bermaksud untuk mencari sensasi apalagi numpang promosi, seharusnya Rabbani menyampaikan nasihat dan ajakan ini bukan melalui media sosial.

Selengkapnya

5. Alkohol dan Parahnya Kultur Mabuk di Inggris

Alkohol di Inggris. Sumber: The Telegraph
Alkohol di Inggris. Sumber: The Telegraph
Aktivitas favorit masyarakat Inggris adalah pergi ke pub (semacam bar) dan minum. Rata-rata orang Inggris doyan dan kuat minum. Sekali minum di pub, bisa menghabiskan antara 2-5 gelas bir besar seukuran 568 ml.

Memang sudah budaya umum di Inggris untuk minum alkohol, tak perlu menunggu momen khusus untuk minum bir, wine, dan sejenisnya.

Selengkapnya

(FIA/yud)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun