Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Simposium Internasional PPI yang Jadi Ajang Plesiran

31 Juli 2017   20:34 Diperbarui: 1 Agustus 2017   04:41 2659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi penulis (Mohammad Caesario)

Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia (PPI Dunia) melaksanakan acara besarnya yakni Simposium Internasional PPI Dunia. Dalam acara ini, diharapkan akan tumbuh pemikiran serta gagasan baru untuk sama-sama membangun Indonesia nantinya. Namun, kenyataan ternyata berbanding terbalik.

Selain mengenai Simposium Internasional PPI Dunia ini, berikut juga terdapat empat headline pilihan Kompasiana yang lain.

1. Quo Vadis Simposium Internasional PPI Dunia? Ajang Berdiskusi atau Ajang Plesiran?

Dokumentasi pribadi penulis (Ananditya Nugraha)
Dokumentasi pribadi penulis (Ananditya Nugraha)
Pada tanggal 24 -- 26 Juli 2017 kemarin, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia (PPI Dunia) melaksanakan hajat besarnya yaitu Simposium Internasional PPI Dunia. Pada tahun ini, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris (PPI UK) dipilih menjadi tuan rumah untuk kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia ini.

Diharapkan untuk fokus dalam tukar pendapat dan pemikiran mengenai aksi apa yang digagas oleh PPI Dunia untuk memajukan Indonesia, namun ternyata keadaan berlangsung sebaliknya. Tak ada aksi apapun yang dihasilkan ketika Simposium Internasional kemarin.

Bahkan, yang lebih membuat miris lagi adalah simposium kali ini diindikasi hanya dimanfaatkan sebagai plesiran semata. Padahal dana peserta delegasi dibiayai oleh KBRI masing-masing negara perwakilan.

Selengkapnya

2. Sepuluh Prinsip Mencintai Tanpa Henti

Dokumentasi penulis (Cahyadi Takariawan)
Dokumentasi penulis (Cahyadi Takariawan)
Mencintai pasangan dalam kehidupan rumah tangga memang dalam suasana suka maupun duka. Bahkan tetap mencintai meskipun pasangan sudah tiada.

Untuk bisa menjaga perasaan cinta pada pasangan di sepanjang kehidupan berumah tangga ini, terdapat sepuluh prinsip penting yang harus ditanamkan oleh masing-masing pasangan, di antaranya setia tanpa berpura-pura, berkomunikasi tanpa menyakit, dan menjaga tanpa diminta.

Kesepuluh prinsip ini tidak akan bisa dilakukan jika dari kedua belah pihak tidak sama-sama melakukannya. Karena sejatinya rumah tangga itu adalah antar dua orang, jadi jangan letih untuk selalu mendoakan pasangan pada Allah, apapun kondisinya. Apa saja penjelasan mengenai prinsip yang harus dipegang ini?

Selengkapnya

3. 5 Mentalitas Rahasia Sebuah Start-Up

Sumber: https://news.idntimes.com
Sumber: https://news.idntimes.com
Start up biasanya diasosiasikan dengan perusahaan yang berkantor keren, bisnis baru, dan teknologi canggih. Namun tak jarang sebaliknya, start-up dinilai merupakan bisnis yang rapuh atau hanya ikut-ikutan.

Biasanya kesuksesan sebuah start uptidak terlepas dari peran founder. Fondasi inovasi, kreativitas, konsistensi, serta semangat berjuang adalah sebuah kunci yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah start-up.

Bermodalkan visi dan produk, biasanya founder juga akan ikut serta dalam mengembangkan organisasinya di semua bidang, baik dari Sales, HRD, sampai Keuangan. Nah, mentalitas seperti apa saja yang harus ada dalam diri kita jika ingin memulai Start-up?

Selengkapnya

4. KAI Fair yang Kurang "Fair"

Dokumentasi penulis (Mohammad Caesario)
Dokumentasi penulis (Mohammad Caesario)
Pada tanggal 29 dan 30 Juli kemarin, diadakan KAI Travel Fair di JCC, Senayan, Jakarta. Pameran tiket kereta api yang sangat viral di medsos ini nyatanya sangat ramai pengunjung, karena konon potongan harganya sangat menggiurkan, yakni hingga 70%.

Ribuan orang rela mengantri sedari pagi untuk mendapatkan tiket yang mereka idamkan ini. Bahkan sampai mengantri selama 3 jam lebih, ada saja berbagai kejadian unik yang dialami oleh penulis.

Kemudian ketika mengantri pun berhembus beberapa isu yang kurang menyenangkan, diantaranya adalah  1. Tiket dijual online dengan menggunakan aplikasi Traveloka, 2. Bahwa warga yang hendak membeli tiket dengan diskon khusus diharuskan masuk satu persatu ke dalam Hall B, dan 3. Percuma antri karena tiket memang dijual online.

Kisah selengkapnya

5. Anakku, Najwa, Punya Teman Khayalan, Normalkah?

Dokumentasi pribadi penulis (Imam Subkhan)
Dokumentasi pribadi penulis (Imam Subkhan)
Memiliki teman khayalan seusia Najwa yang masih berada di usia prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sepertinya masih wajar-wajar saja. Penulis mulai menyadari hal ini dari Najwa yang tampak senang mengajak bonekanya bercakap-cakap.

Teman khayalan ini ternyata biasanya muncul ketika anak memasuki usia prasekolah. Teman khayalan bisa muncul karena kemampuan kognitid dan bahasa anak yang sedang berkembang. Salah satu ciri khas perkembangan kognitifnya adalah pemikiran yang egosentris dan animistik.

Daya imajinasi anak pun pada usia ini juga sedang berkembang. Maka dari itu, inilah yang memungkinkan anak menciptakan teman khayalan. Selain itu, terdapat juga berbagai macam alasan lain seorang anak menciptakan teman khayalannya. Apa saja?

Selengkapnya

(FIA/yud)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun