Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia (PPI Dunia) melaksanakan acara besarnya yakni Simposium Internasional PPI Dunia. Dalam acara ini, diharapkan akan tumbuh pemikiran serta gagasan baru untuk sama-sama membangun Indonesia nantinya. Namun, kenyataan ternyata berbanding terbalik.
Selain mengenai Simposium Internasional PPI Dunia ini, berikut juga terdapat empat headline pilihan Kompasiana yang lain.
1. Quo Vadis Simposium Internasional PPI Dunia? Ajang Berdiskusi atau Ajang Plesiran?
Diharapkan untuk fokus dalam tukar pendapat dan pemikiran mengenai aksi apa yang digagas oleh PPI Dunia untuk memajukan Indonesia, namun ternyata keadaan berlangsung sebaliknya. Tak ada aksi apapun yang dihasilkan ketika Simposium Internasional kemarin.
Bahkan, yang lebih membuat miris lagi adalah simposium kali ini diindikasi hanya dimanfaatkan sebagai plesiran semata. Padahal dana peserta delegasi dibiayai oleh KBRI masing-masing negara perwakilan.
2. Sepuluh Prinsip Mencintai Tanpa Henti
Untuk bisa menjaga perasaan cinta pada pasangan di sepanjang kehidupan berumah tangga ini, terdapat sepuluh prinsip penting yang harus ditanamkan oleh masing-masing pasangan, di antaranya setia tanpa berpura-pura, berkomunikasi tanpa menyakit, dan menjaga tanpa diminta.
Kesepuluh prinsip ini tidak akan bisa dilakukan jika dari kedua belah pihak tidak sama-sama melakukannya. Karena sejatinya rumah tangga itu adalah antar dua orang, jadi jangan letih untuk selalu mendoakan pasangan pada Allah, apapun kondisinya. Apa saja penjelasan mengenai prinsip yang harus dipegang ini?
3. 5 Mentalitas Rahasia Sebuah Start-Up
Biasanya kesuksesan sebuah start uptidak terlepas dari peran founder. Fondasi inovasi, kreativitas, konsistensi, serta semangat berjuang adalah sebuah kunci yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah start-up.
Bermodalkan visi dan produk, biasanya founder juga akan ikut serta dalam mengembangkan organisasinya di semua bidang, baik dari Sales, HRD, sampai Keuangan. Nah, mentalitas seperti apa saja yang harus ada dalam diri kita jika ingin memulai Start-up?
4. KAI Fair yang Kurang "Fair"
Ribuan orang rela mengantri sedari pagi untuk mendapatkan tiket yang mereka idamkan ini. Bahkan sampai mengantri selama 3 jam lebih, ada saja berbagai kejadian unik yang dialami oleh penulis.
Kemudian ketika mengantri pun berhembus beberapa isu yang kurang menyenangkan, diantaranya adalah 1. Tiket dijual online dengan menggunakan aplikasi Traveloka, 2. Bahwa warga yang hendak membeli tiket dengan diskon khusus diharuskan masuk satu persatu ke dalam Hall B, dan 3. Percuma antri karena tiket memang dijual online.
5. Anakku, Najwa, Punya Teman Khayalan, Normalkah?
Teman khayalan ini ternyata biasanya muncul ketika anak memasuki usia prasekolah. Teman khayalan bisa muncul karena kemampuan kognitid dan bahasa anak yang sedang berkembang. Salah satu ciri khas perkembangan kognitifnya adalah pemikiran yang egosentris dan animistik.
Daya imajinasi anak pun pada usia ini juga sedang berkembang. Maka dari itu, inilah yang memungkinkan anak menciptakan teman khayalan. Selain itu, terdapat juga berbagai macam alasan lain seorang anak menciptakan teman khayalannya. Apa saja?
(FIA/yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H