Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bisakah Indonesia Belajar Menghemat Sampah dari Jerman?

12 Juli 2017   16:59 Diperbarui: 13 Juli 2017   05:22 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta -- Semakin besar populasi manusia, semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan. Dengan jumlah penduduk yang semakin membludak, Indonesia tentu menjadi salah satu Negara dengan jumlah sampah yang besar di dunia. Lantas apakah bisa Indonesia menekan jumlah sampah ini?

Jerman juga merupakan negara dengan jumlah populasi yang cukup besar meski tidak sebesar Indonesia dan jumlah sampah yang berbanding lurus dengan populasi. Indonesia bisa belajar cara menghemat sampah dari Jerman ini. Artikel ini adalah salah satu artikel pilihan Kompasiana hari ini. Selain itu ada juga artikel tentang bahaya penyakit rabies juga reportase saat mencoba sepeda gratis di kawasan Ancol.

Berikut ini adalah artikel pilihan Kompasiana selengkapnya. 

1. Belajar dari Hari Hemat Sampah ala Jerman

Ilustrasi. Kompas.com
Ilustrasi. Kompas.com
Bila dibandingkan dengan Jakarta, Berlin kota yang paling banyak penduduknya di Jerman kurang lebih menghasilkan sampah sebanyak 820.000 ton per tahun atau sekitar 2.250 ton setiap harinya. Bila dibandingkan dengan Jakarta, dengan dikalikan 3 maka volume sampah yang dihasilkan kurang lebih sama 6700 ton per hari, bedanya persentase yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir di Berlin lebih kecil dari di Jakarta, karena di Berlin dan kota-kota lain di Jerman, mekanisme daurulang plastik, pembungkus, kertas, sampah organik sudah baik.

Di Berlin, semua infrastruktur manajemen pengelolaan sampah ini berjalan sangat baik. Bahkan sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya) pun ada tampungannya. Bagaimana dengan sampah besar, seperti meubel tua atau lemari es tua? Ini pun sudah dipikirkan, sampah-sampah besar ini tinggal ditaruh pada tanggal-tanggal yang sudah ditentukan, nanti sampah ini akan diangkut oleh Truk Sampah Kota.

Gerakan dan proses manajemen sampah inilah yang perlu ditiru di Indonesia. Namun apakah Indonesia sanggup memanajemen sampah yang bahkan mencapai 6700 ton per hari ini?

Selengkapnya

2. Kenali Rabies, Bukan Hanya dari Anjing Gila

Ilustrasi. Kompas.com
Ilustrasi. Kompas.com
Penyakit rabies adalah salah satu yang mematikan di Indonesia. Kebanyakan orang menganggap bahwa rabies ditularkan oleh anjing atau kucing gila. Tapi bukan hanya kucing dan anjing gila saja yang bisa menularkan rabies ini. Hewan seperti sapi dan kuda pun jika terkena infeksi bisa menularkan virus rabies ini.

Jadi, hewan seperti sapi dan kuda bisa terinfeksi rabies (misalnya mereka digigit anjing yang terinfeksi rabies) tapi mereka jarang sekali mengigit orang atau mendadak jadi suka mengigit kalau sudah terinfeksi rabies.

Virus rabies adalah virus yang menular dengan cepat. Sederhananya, virus ini menular ke hewan-hewan di sekitar kita seperti bisnis multilevel marketing. Satu anjing dapat menularkan ke anjing lain, sebelum akhirnya dia sendiri akan mati karena virus ini menyebabkan kerusakan otak.

Selengkapnya.

3. Sampah Popok Bayi di Sungai dan Matinya Budaya Bersih

Dokumentasi Kompasianer Hadi Santoso.
Dokumentasi Kompasianer Hadi Santoso.
Membersihkan sungai itu mudah. Bisa dilakukan asal bersama mau turun dan gotong royong. Yang sulit adalah menjaga sungai agar terus bersih. Penulis artikel ini yang merupakan tim peneliti menemukan fenomena menarik sekaligus miris. Selama tim peneliti ini menyusuri sungai sepanjang 4 kilometer, mereka mendapati 2 kuintal sampah popok bayi.

Pernah dalam perjalanan menuju ke tempat kerja, penulis mendapati seorang pengendara motor yang membawa bungkusan plastik. Saat melintas di atas jembatan, dia mendadak melempar bungkusan yang ternyata berisi sampah popok itu ke sungai.

Sampah akan menjadi kawan bila dikelola dengan baik dan bisa diolah menjadi benda bernilai ekonomis. Namun, bila tidak dikelola dengan baik, sampah bisa menjadi musibah seperti sumber penyakit dan banjir. Dan, karena sampah banyak berasal dari masyarakat, maka masyarakat lah yang pertama bertanggung jawab mengolah sampah.

Selengkapnya.

4. Afi Mengingatkan Saya pada Lance Armstrong

Afi. Kompas.com
Afi. Kompas.com
Ada sebuah persamaan antara Afi dan Lance Armstrong. Armstrong adalah atlit sepeda yang melegenda. Ia jadi juara Tour de France sebanyak 7 tahun berturut-turut, namun di akhir kariernya ia mengakui bahwa dirinya melakukan doping.

Afi dan Amstrong mempunyai kesamaan. Keduanya adalah publik figur, dikenal dan dipuji orang. Keduanya berkesempatan bertemu dengan pemimpin negaranya masing-masing karena prestasi yang diraih. Mereka juga dianggap berbuat sesuatu yang penting untuk bangsanya, Afi dengan gagasan "warisan" sedangkan Amstrong dengan kegiatan amalnya untuk pasien kanker. Keduanya juga pada awalnya tidak mengakui perbuatan salah yang dituduhkan namun kemudian mengakuinya.

Mereka berdua pun memiliki fans yang tidak sedikit, tapi keberadaan fans ini memiliki konsekuensi. etika seorang publik figur salah, fatal akibatnya, fans bisa jadi berbalik 180 derajat yang pada awalnya memuji berubah menjadi mencela, bahkan membuli secara bertubi-tubi. Seperti cinta menjadi benci yang kata orang beda tipis.

Selengkapnya

5. Jajal Sepeda Gratis di Ancol Hingga Agustus 2017

Sepeda Ourbike. Dokumentasi Kompasianer Isson Khairul
Sepeda Ourbike. Dokumentasi Kompasianer Isson Khairul
Taman Impian Jaya Ancol memiliki daya Tarik baru hingga Agustus tahun ini. Di sana ada sepeda gratis yang bisa digunakan para pengunjung untuk menikmati wisata di sana. Ourbike, sebutan sepead gratis ini tersedia dengan jumlah yang cukup banyak. Ada sekitar 1.000 unit tersedia di beberapa shelter agar mudah diakses. Kita bisa menemukannya dekat area jalur pejalan kaki Gerbang Barat, Gerbang Timur, Halte Busway Ancol, Pantai Karnaval, serta di sepanjang Pantai Lagoon.

Apa yang dilakukan Taman Impian Jaya Ancol ini memang masih uji-coba. Tapi peminat sepeda hijau ini lumayan banyak. Terutama pada pagi dan sore hari. Pada weekend, peminatnya lebih banyak lagi. Namun sepeda hijau ini tidak dilengkapi dengan lampu depan untuk penerang jalan, juga tidak ada lampu kelap-kelip di bagian belakang, sebagai penanda untuk pengendara lain.

Dalam konteks menjaga keselamatan pesepeda, fitur lampu kelap-kelip di bagian belakang sepeda, tentu penting adanya. Maka, bila ingin menggunakan sepeda hijau ini pada malam hari, sebaiknya kita membawa sendiri lampu kelap-kelip tersebut.

Selengkapnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun