Kasus kelebihan beban kerja bukan hanya terjadi di Indonesia
Kasus kelebihan beban kerja atau overworked ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebuah penelitian yang mensurvei 500 rumah sakit di Amerika Serikat, 40% responden mengatakan bahwa setidaknya satu kali dalam sebulan, mereka sering menerima pasien lebih banyak daripada yang dapat mereka tangani.
Sekitar seperempat dokter mengatakan bahwa beban kerja yang tinggi mengakibatkan mereka tidak bisa mendiskusikan pemeriksaan intesif pada pasien mereka. Kemudian 22% mengatakan bahwa penumpukan pasien tersebut berdampak pada pemeriksaan pengobatan yang "terburu-buru", sehingga kadang mereka dianjurkan untuk mengikuti tes tambahan lain yang tidak diperlukan.
Dr. Henry Michtalik peneliti dari Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore, Amerika Serikat, lebih lanjut memberikan contoh bahwa, seorang pasien datang dengan keluhan nyeri dada. Karena beban kerja dokter sangat tinggi, selanjutnya dokter akan menganjurkan agar pasien dirujuk ke dokter spesialis jantung serta dianjurkan untuk mengikuti pemeriksaan tambahan lain.
Padahal jika beban kerja dapat disesuaikan, pemeriksaan penyakit yang dilakukan pada pasien bisa lebih intensif, sehingga tak perlu dianjurkan sejumlah tes tambahan yang sesungguhnya tidak diperlukan.
Kasus serupa juga terjadi di Inggris, Royal College of Physicians (RCP) mengungkapkan bahwa British National Health Service (NHS) telah dibayar tidak sesuai dengan beban kerja. 74% dokter di NHS mengalami dehidrasi setidaknya satu shift dalam sebulan, sementara 37% dokter tidak cukup minum air selama tujuh shift per bulan.
Selanjutnya studi ini melaporkan bahwa 28% dokter bekerja empat shift per bulan tanpa mengonsumsi makanan dan 56% bekerja dengan satu shift tanpa makanan yang layak. Selain itu, mereka seirng harus bekerja ekstra lima minggu per tahun di atas jadwal mereka yang sudah penuh. NHS sampai saat ini masih krisis tenaga kerja, kekurangan biaya, serta minimnya perhatian dari pemerintah.
Selain penelitian dari Amerika dan Inggris ini, kisah nyata juga disampaikan oleh seorang dokter yang menjawab pertanyaan di platform Quora. David Chan, MD dari UCLA, Stanford Oncology Fellowship, menyebutkan bahwa dokter memang dibayar dengan upah yang rendah melebihi beban kerja mereka.
Apalagi dalam 5-10 tahun terakhir, perawatan pasien harus menggunakan prosedur yang lebih panjang dan regulasi yang lebih rumit karena (biasanya) berhubungan juga dengan perusahaan asuransi kesehatan. Oleh karena itu, billing dan dokumen menjadi lebih rumit dan berbelit. Terkadang dokter juga dibuat frustasi oleh dokumentasi yang tidak efisien dan efektif seperti ini.
Masalah beban kerja pada tenaga medis memang sudah selayaknya menjadi salah satu perhatian dari pemerintah. Pemerintah harus bisa memberikan batasan-batasan tertentu untuk pihak-pihak yang mempekerjakan tenaga medis di Indonesia. Harus ada regulasi yang matang dan detail soal hal ini, karena tenaga medis pun sejatinya butuh perhatian medis.Â
(FIA/yud)