Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pelatih Asing Maupun Lokal, yang Terpenting adalah Pembinaan Usia Dini

7 April 2017   14:53 Diperbarui: 9 April 2017   17:30 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih timnas U-22, Luis Milla. Kompas.com

Awal tahun ini pecinta sepak bola Indonesia mendapat kabar mengejutkan. Mantan pelatih timnas Spanyol U-21, Luis Milla menerima pinangan PSSi untuk melatih timnas Indonesia U-22 dengan kontrak selama dua tahun.

Nama Luis Milla di dunia kepelatihan sendiri mulai terdongkrak saat membawa Spanyol U-21 menjadi juara di Eropa. Karena inilah PSSI pun tertarik untuk merekrut Milla demi membawa timnas Indonesia ke arah yang lebih baik.

Namun, laga perdana Luis Milla bersama timnas Indonesia terlihat cukup mengecewakan. Indonesia takluk dari Myanmar dalam laga uji coba dengan skor 1-3. Di laga uji coba berikutnya melawan Persija yang baru saja berlangsung beberapa hari lalu, timnas Indonesia U-22 juga gagal meraih kemenangan.

Tentunya ada banyak sekali kemungkinan mengapa timnas belum berkembang dan meraih kemenangan. Bisa saja masalah waktu, proses pelatihan, hingga kecocokan karakteristik pelatih dengan para pemain. Oleh karena itu, Kompasiana pun tertarik untuk membuat sebuah jajak pendapat.

Dalam jajak pendapat ini Kompasiana melontarkan statement bahwa "Timnas Indonesia lebih cocok dilatih oleh pelatih lokal," dan ternyata hasil dari jajak pendapat ini berimbang. Dua Kompasianer menyatakan setuju dengan statement ini dan dua lainnya menyatakan berseberangan.

Rustian Al Ansori menyatakan sependapat dengan statement yang dilontarkan Kompasiana. Menurutnya, timnas Indonesia memang lebih baik dilatih oleh pelatih lokal ketimbang pelatih asing. Faktor komunikasi adalah yang menjadi sorotan Rustian.

"Pelatih lokal lebih komunikatif, sehingga lebih mudah ditangkap apa yang diinstruksikannya kepada para pemain," tulis Rustian.

"Kalau pesan yang disampaikan pelatih tidak nyambung, maka para pemain tidak akan dapat menjalankan instruksi pelatih. Maka sebaiknya timnas dilatih pelatih lokal saja," lanjutnya.

Opini Rustian memang cukup berdasar. Pasalnya, sisi komunikasi adalah aspek yang sangat krusial. Ketika pemain tidak memahami apa yang diperintahkan pelatih, akan sulit untuk mengikuti strategi yang diterapkan. Jika sudah begitu, maka permainan bisa saja menjadi berantakan dan tidak sesuai dengan pola awal yang dijalankan.

Berbeda pendapat dengan Rustian. Kompasianer Zuddin Lombok mengatakan bahwa sah-sah saja timnas dilatih oleh pelatih asing. Karena bukan masalah lokal atau asing yang pantas disoroti, namun yang utama adalah pengalaman dan teknik kepelatihan yang dimiliki.

"Diakui atau tidak, sepak bola Indonesia saat ini mau tidak mau harus berkiblat ke luar negeri. Entah itu Eropa atau Amerika Latin yang sudah jauh lebih maju iklim sepak bolanya," tulisa Zuddin.

Memang, kita perlu meniru dan belajar banyak dari mereka agar kita kelak bisa bersaing, dan salah satunya adalah dengan mendatangkan jasa pelatih dari sana. Gunanya adalah agar Indonesia juga bisa mengenal dan menerapkan strategi yang digunakan oleh Eropa atau Amerika.

"Masalah kekalahan perdana saya rasa wajar-wajar saja, semua butuh proses. Apalagi menerapkan disiplin sepak bola Indonesia tidaklah mudah. Saat ini Indonesia belum punya pelatih lokal yang pengalamannya internasional," lanjut Zuddin.

Senada dengan Zuddin, Nafis Azmi juga menilai bahwa performa buruk di laga awal timnas bukan berarti sang pelatih bisa langsung disalahkan begitu saja. Dan sangat terburu-buru jika mengatakan pelatih lokal lebih baik, bila hanya menilik satu atau dua pertandingan debut Luis Milla. Menurutnya, pengamat sepak bola tentu tahu bahwa pertandingan kemarin hanyalah semacam uji coba untuk memetakan kekuatan timnas.

"Adaptasi baik dari segi bahasa, dan pola permainan tidak bisa diwujudkan sekejap mata. Coba saja merujuk pada kepelatihan Alfred Riedl sebelumnya. Indonesia di bawah Riedl nyaris merebut piala. Tentu bukan masalah pada pelatih, karena jelas yang perlu dibenahi bukan pemain atau pelatih. Melainkan manajemen PSSI dalam mengelola timnas," ungkap Nafis.

Jika kita kembali jauh ke belakang, sebenarnya ada nama pelatih timnas lokal Indonesia yang mampu membawa Indonesia berjaya di Internasional. Adalah Bertje Matulapelwa yang memberikan medali emas bagi timnas Indonesia di ajang SEA Games 1987 silam.

Kesuksesan Bertje baru bisa diikuti oleh pelatih lokal lainnya bertahun-tahun berikutnya. Adalah Indra Sjafri yang membawa timnas U-19 merengkuh trofi Piala AFF 2013 lalu.  

Di tahun 2000an pergantian pelatih pun terus terjadi. Sejak aturan SEA Games berubah, di mana pada cabang olahraga sepak bola timnas yang boleh bertanding adalah U-23, catatan prestasi pelatih lokal jauh lebih baik.

Contohnya adalah Rahmad Darmawan yang membawa Garuda dua kali melaju ke final yaitu pada 2011 dan 2013. Pelatih asing seperti Ivan Kolev dan Alberto Bica pun tidak mampu membawa Timnas U-23 lolos babak penyisishan grup.

Meski demikian jika PSSI tidak berbenah diri dan melakukan pembinaan usia dini, entah itu pelatih lokal maupun asing akan tetap berakhir sama yaitu kegagalan.

(yud)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun